I Komang Widia Mahardika. (BP/Ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pesilat PON Bali kelas D, I Komang Widia Mahardika yang akrab disapa Ngengok, siap tampil berjibaku dan habis-habisan, pada PON Papua 2021 ini. Ia mendulang medali emas di ajang Pra PON wilayah III, dan ingin kembali menyabet emas pada event resmi hajatan multievent empat tahunan, di Bumi Cendrawasih.

Ngengok, kepada Bali Post, menuturkan, dirinya lolos dua kali pada PON di Riau 2012 dan PON di Jabar 2016. “Akan tetapi, saya belum pernah menyumbang medali. Karena itu, Astungkara doakan saja saya bisa memberikan kado terbaik buat Bali,” ujarnya, di Denpasar, Kamis (12/8).

Baca juga:  Rapor Petinju PON Ada yang Merah

Ia menyadari, untuk kelas D peraih emas Asian Games Hanifan (Jabar) masih digjaya, di kelasnya. Kendati demikian, saya tak putus asa dan menyerah. Namun sebaliknya, saya ingin membuktikan dan bertarung habis-habisan, di medan laga PON Papua,” ujar pesilat kelahiran Jembrana, 7 Mei 1991 ini.

Dari segi usia, Ngengok memang sudah tidak muda lagi. Untuk itu, momen PON Papua merupakan ajang terbaik bagi pembuktian dirinya. Di masa pandemi ini, dirinya tetap rutin berlatih dengan mentaati prokes. Meskipun jarang melakukan saprring, tetapi ngengok berkesempatan menjajal pesilat pelatnas. “Saya meladeni pesilat pelatnas keass D, yang berasal dari Bali. Saya kira pertarungannya imbang, namun saya terkendala kram, maklum baru saja menjalani tes fisik,” kilahnya.

Baca juga:  Baru Melahirkan, Lilian Mundur dari Atlet Renang

Sementara, menghadapi pesaing di PON, Ngengok sudah memperhitungkan calon lawannya. Pesilat yang bercokol di kelas D, selain Hanifan juga terdapat pesilat peraih emas dari wilayah I dan II. Oleh karena tidak pernah menjajal gaya bertarung lawannya, Ngengok punya inisiatifn mempelajari gerakan lawannya dari online.

“Saya berkonsultasi dengan pelatih, bagaimana cara atau kiat-kiat meredam serangan lawan, seraya mencarikn solusi jurus ampuh, guna menaklukkan lawan,” tutunya. Ngengok langganan merebut emas sejak Porprov di Jembrana 2011, berlanjut hingga di Denpasar 2013, di Buleleng 2015, kemudian di Gianyar sampai di Tabanan 2019. “Saya mutasi dari Jembrana ke Badung, sejak 2017 karena saya menjadi guru olahraga, di SDN 1 Krobokan Kaja,” ungkapnya. Ia pertama kali belajar silat dari PSPS Bakti Negara Ranting Pekutatan Jembrana, sejak duduk di bangku SD kelas IV. (Daniel Fajry/Balipost)

Baca juga:  Sehari, Ratusan Kue Narkotika Diproduksi

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *