Umat Hindu bersembahyang dengan tetap mematuhi protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sebanyak 27.913 kasus COVID-19 dicatatkan dalam sehari pada Sabtu (3/7). Kematian juga cukup tinggi, walaupun sudah turun dari sehari sebelumnya, mencapai 493 kematian.

Untungnya pada Sabtu, angka kesembuhan harian menyentuh rekor sebanyak 13.282 orang sembuh per hari. Angka kesembuhan harian tertinggi sebelumnya tercatat pada 8 Februari 2021, sebanyak 13.038 orang sembuh per hari.

Dengan demikian, angka kesembuhan kumulatif per hari ini sudah melebihi 1,9 juta orang sembuh. Atau angka tepatnya 1.915.147 orang (84,9%).

Sejalan dengan itu, penerima vaksin terus bertambah dan hari ini sebanyak 681.419 orang dengan totalnya melebihi 31 juta orang atau 31.573.240 orang. Sedangkan yang menerima vaksinasi kedua juga meningkat menjadi 13.922.732 orang termasuk tambahan hari ini sebanyak 152.625 orang. Untuk target sasaran vaksinasi berada di angka 40.349.049 orang.

Kampanye Prokes Digencarkan

Di tengah melonjaknya kasus COVID-19 secara nasional, dengan capaian rekor tertinggi melampaui 27.000 orang, kampanye protokol kesehatan (prokes) digencarkan. Bahkan, dalam kampanye barunya yang diluncurkan serempak di berbagai platform, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nasional meminta masyarakat menyadari konsekuensi dari ketidaktaatan menjalani prokes.

Dengan slogan “Tahan Diri atau Bisa Mati, Di Rumah Saja Lah!” Satgas berupaya menggugah kesadaran masyarakat untuk menaati prokes. Yaitu menggunakan masker, tidak kumpul-kumpul, tidak berkerumun, dan tetap di rumah saja.

Dalam narasinya, Satgas mengingatkan bahwa COVID-19 kembali mengamuk dan kini situasinya jauh lebih buruk dari tahun lalu, dengan tingkat penyebaran begitu cepat. Ini menyebabkan Rumah Sakit dan ICU penuh, oksigen dan obat susah dibeli dan harganya melambung tinggi, antrian pemakaman memanjang. “Diam di rumah saja lah atau Bisa Mati,” demikian narasi yang kini disuarakan.

Disebutkan “ketidakpedulian kita, bisa menyebabkan keluarga sendiri, sahabat, kolega dan teman-teman sendiri kehilangan nyawa.” Masyarakat pun diingatkan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M (Memakai Masker, menjaga Jarak dan Mencuci tangan dan segera divaksinasi bagi yang belum.

Baca juga:  Sejak Varian Delta Masuk, Anak-anak Terkena COVID-19 Alami Peningkatan

Langkah Tegas

Jodi Mahardi. (BP/iah)

Pemerintah mengambil langkah tegas agar penularan COVID-19 dengan varian Delta yang lebih cepat menyebar ini tidak menimbulkan lebih banyak korban jiwa dan membuat layanan kesehatan di Indonesia ambruk. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat  (PPKM) Darurat mulai Sabtu (3/7) hingga 20 Juli merupakan upaya lainnya dalam memutus penyebaran COVID-19 ini.

Dalam keterangan pers terkait PPKM Darurat ini, Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi, meminta masyarakat taat protokol kesehatan, tetap di rumah, dan selalu pakai masker di manapun berada. “Protokol kesehatan harga mati. Tidak mematuhinya akan berujung sanksi atau nyawa anda, orang tua, anak dan keluarga anda sendiri tetap bersatu melawan COVID-19. Semoga Tuhan melindungi dan menyehatkan seluruh bangsa Indonesia,” tegasnya, dipantau dari Denpasar di kanal YouTube Sekretariat Denpasar.

Dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dr Reisa Broto Asmoro menambahkan, selain peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah, aparat hukum dan personel TNI Polri, prinsip pelaksanaan pengetatan aktivitas dalam masa PPKM darurat ini juga mencakup peran masyarakat. Peran seorang ayah, ibu, kakak, adik, saudara, keluarga, teman, sahabat, tetangga, dan kolega untuk memastikan situasi darurat ini diakhiri.

Menurut dr Reisa, hampir tidak ada satupun dari anggota masyarakat yang tidak kehilangan sanak famili, kenalan, atau kolega dalam beberapa pekan terakhir ini. Minimal berita pada linimasa media sosial bertaburan berita duka.

Ia mengatakan situasi darurat COVID-19 tidak dapat dihentikan hanya oleh tindak satu dua orang. Tapi aksi nyata kecil dengan mengetatkan disiplin protokol kesehatan.

Selain itu, mematuhi aturan pembatasan mobilitas dan di rumah saja, berani dan menyegerakan dites saat demam, batuk, pilek atau kontak erat dengan kasus positif. Jujur saat ditelusuri petugas pelacak kasus, melaporkan diri ke puskesmas akan berujung pada keberhasilan mengendalikan penularan Virus Sars Cov-2 varian yang berbahaya ini dan PPKM Darurat dapat selesai.

Baca juga:  Bangun Gerai Digital, BRI Investasikan Rp 75 M

“Satu tindakan kecil kita berarti ribuan, bahkan jutaan nyawa selamat dan kembali beraktivitas dengan sehat,” sebutnya.

dr. Reisa Broto Asmoro. (BP/iah)

Dia mengungkapkan, COVID-19 paling mudah menular pada kondisi ruangan tertutup, kesempatan pertemuan panjang (lebih 15 menit), dan interaksi jarak dekat, keramaian. Begitu juga aktivitas lainnya yang membuka risiko penyebaran percikan droplet seperti bernyanyi, berbicara, tertawa, terutama pada saat tidak memakai masker saat berinteraksi dengan orang lain.

“Maka penggunaan masker dengan benar dan konsisten adalah protokol kesehatan paling minimal yang perlu diterapkan semua orang saat ini, sekarang juga tanpa terkecuali,” ujar dr Reisa.

Ia menjelaskan, jenis masker yang lebih baik dalam melindungi adalah masker bedah sekali pakai dan lebih baik lagi masker N95. Disampaikannya juga, untuk saat ini penggunaan masker sekali pakai sebanyak dua lapis merupakan pilihan yang terbaik. Tujuannya menurunkan risiko droplet atau percikan air masuk ke rongga mulut dan hidung.

Dia pun menunjukkan cara memakai dua masker. “Pertama bersihkan tangan terlebih dahulu, gunakan masker bedah sebagai lapisan pertama. Pastikan kawat tipis yang terdapat di bagian atas masker bedah ditekan ke arah wajah sehingga bentuknya mengikuti bentuk hidung. Kemudian lapisi dengan masker kain yang terdiri dari 3 lapis kain,” kata dr Reisa.

Ia mengingatkan, pakailah masker kain yang ukurannya pas. Pastikan tali atau karet masker kain dikaitkan dengan baik pada telinga atau diikat di bagian belakang kepala. “Coba hembuskan napas dan rasakan apakah masih ada udara yang mengalir dari sisi atas dan sisi samping masker. Bila masih ada, atur kembali posisi dan kekencangan masker,” sarannya.

Baca juga:  Sambut Baik Pembukaan Pariwisata, Diingatkan Tetap Disiplin Prokes

dr Reisa menambahkan, pastikan tetap bisa bernapas dengan nyaman dan tidak merasa pusing atau berkunang-kunang karena pemakaian dua masker ini. Ganti setiap empat jam sekali hanya buka apabila tidak ada orang lain yang berjarak dua meter dan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah membuka masker.

Ia melanjutkan, masker bedah harus dibuang setelah sekali pakai, meski ditutupi masker kain. Sementara itu, masker kain masih bisa digunakan kembali, tetapi harus dicuci terlebih dulu sampai bersih.

Selain memakai masker, masih menurut dr Reisa, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer haruslah dilakukan berulang kali terutama setelah menyentuh benda yang disentuh orang lain seperti gagang pintu atau pegangan tangga. Menyentuh daerah wajah dengan tangan perlu dihindari.

“Dan ingat pakai hand sanitizer bukan asal basah atau asal semprot. Tetap lakukan enam langkah seperti mencuci tangan dengan air dan sabun. Pastikan merata ke semua bagian tangan dan jari-jari,” ujar dr Reisa.

Ia juga mengatakan, cuci tangan dengan sering, membunuh ribuan kuman yang ada di tangan. Bukan saja terlindungi dari COVID-19, juga dari bakteri virus lainnya yang saat ini juga masih ada.

Dan tak kalah penting, dr Reisa meminta masyarakat untuk beraktivitas dari rumah saja. Berinteraksi hanya dengan orang-orang yang tinggal serumah adalah pilihan paling aman.

Jika harus meninggalkan rumah, maka upayakan jarak minimal 2 meter dalam berinteraksi dengan orang lain. Kalaupun harus kontak dengan orang lain, perhatikan ventilasi udara, durasi, dan jarak interaksi untuk meminimalkan risiko penularan. Usahakan di ruang terbuka dengan sirkulasi udara yang bagus.

“Situasi ini tidak bisa diteruskan dan harus diakhiri. Mari tunjukkan peran kita sebagai warga negara yang peduli untuk saling melindungi,” ajak dr Reisa. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *