Ribut Lupiyanto. (BP/Istimewa)

Oleh Ribut Lupiyanto

Dunia memperingati Hari Lingkungan Hidup pada setiap 5 Juni 2021. Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia untuk mendorong kesadaran dan tindakan orang-orang di seluruh dunia untuk melindungi lingkungan.

Tuan rumah penyelenggaraan hari lingkungan hidup sedunia tahun 2021 adalah Pakistan. Temanya adalah restorasi ekosistem, dengan fokus khusus pada menciptakan hubungan yang baik dengan alam. Perayaan tahun 2021 sekaligus menjadi awal peluncuran dekade PBB tentang restorasi ekosistem 2021-2030. Fokus restorasi ekosistem tersebut membutuhkan dukungan kebijakan politik pemimpin termasuk di Indonesia.

Lingkungan yang sehat bukanlah pilihan melainkan kebutuhan. Mitigasi atau adaptasi bukan hanya satu-satunya cara untuk mengatasi kerusakan Lingkungan. Memulihkan Lingkungan bukan hanya karena kita peduli dengan alam, tetapi karena kita hidup di atasnya. Kita semua membutuhkan Lingkungan yang sehat untuk mendukung pekerjaan, mata pencaharian, kesehatan dan kelangsungan hidup, dan kebahagiaan kita. Lingkungan mendesak dipulihkan agar terus mampu melayani kehidupan secara berkelanjutan. Dewasa ini Lingkungan semakin mengkhawatirkan dari degradasi yang menyebabkan aneka bencana.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total terjadi 2.929 bencana alam telah melanda Indonesia sepanjang tahun 2020. Bencana tersebut didominasi dengan bencana alam hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Baca juga:  Pelaku Kekerasan Usia Sekolah

BNPB mencatat rincian data bencana hidrometeorologi yaitu kejadian banjir telah terjadi hingga sebanyak 1.065 kejadian di sepanjang tahun 2020. Kemudian bencana yang disebabkan oleh angin puting beliung telah terjadi sebanyak 873 dan tanah longsor 572 kejadian.

Selanjutnya untuk karhutla telah terjadi sebanyak 326, gelombang pasang dan abrasi 36 kejadian dan kekeringan terjadi sebanyak 29 kejadian. Sedangkan untuk jenis bencana geologi dan vulkanologi, kejadian bencana gempa Lingkungan telah terjadi sebanyak 16 kali dan 7 kejadian untuk peristiwa erupsi gunung api.

Dampak dari seluruh bencana di atas korban meninggal dunia sebanyak 370 jiwa, 39 orang yang hilang dan 536 jiwa mengalami luka-luka. Sedangkan Pandemi Covid-19 dikategorikan sebagai bencana non alam. Total kasus positif mencapai 730 ribu kasus, dengan 21,7 ribu di antaranya meninggal dunia. BNPB melaporkan bahwa 100 tahun terakhir (1915-2015) bencana hidrometeorologi mendominasi kejadian bencana alam. Bencana alam yang paling sering terjadi adalah bencana alam banjir sebanyak 31,2% keseluruhan kejadian bencana di Indonesia. Kemudian diikuti oleh angin puting beliung sebanyak 20% dan posisi ketiga bencana alam tanah longsor sebanyak 16,4% kejadian.

Komitmen Kepemimpinan

Upaya perbaikan ekologi guna restorasi ekosistem selain membutuhkan kesigapan pemerintah, juga ketegasan pemimpin dan komitmen politik. Pemimpin mesti melek politik ekologi. Aparat juga harus menegakkan hukum tanpa pandang bulu.

Baca juga:  Canang Sari Picu Inflasi

Bencana antropogenik yang terjadi tiap tahun karena penegakan hukum yang lemah. Pendekatan politik ekologi  penting dilakukan pemimpin untuk menunjukkan komitmennya. Politik dan lingkungan selalu saling berhubungan erat. Harvey (1993) dalam Bryant dan Bailey (2005) mengatakan bahwa seluruh proyek dan argumen ekologis selalu simultan dengan proyek dan argumen ekonomi politik. Demikian pula sebaliknya.

Argumen ekologis tidak pernah bisa netral secara sosial. Argumen sosial politik tidak juga pernah bisa netral secara ekologis. Dauvergne (2005) memprediksi ekologi  politik akan melampaui bidang ilmu politik itu sendiri. Hal ini dilihat dari isu-isu yang saat ini terus berkembang seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, deforestasi dan lainnya yang menuntut pendekatan multidisiplin.

Ekologi politik menekankan kajiannya pada kondisi dan konsekuensi-konsekuensi politik dari perubahan lingkungan yang terjadi. Blaikie & Brookfield (1987) mendefinisikan ekologi politik sebagai kombinasi perhatian dari ekologi dan ekonomi politik dalam arti luas, yakni dialektika antara masyarakat dan sumber daya berbasis tanah dan termasuk juga dialektika antar kelas dan kelompok di dalam masyarakat itu sendiri (Walker, 2005).

Ekologi politik awal menekankan pada perubahan lingkungan biofisikal, kemudian  berkembang pula sebagai respon dari teori Malthusian (Shanin, 1971) dan teori-teroi Marxist (Frank, 1969 dan Wallerstein, 1974). Ekologi politik pada dekade 80-an menekankan pada peran ekonomi politik sebagai penyebab mal-adaptasi dan instabilitas atau disebut dengan fase ekologi politik strukturalis.

Baca juga:  Membangun Sistem Pendidikan Antikorupsi

Sejak tahun 1990an ekologi politik sedikit bergeser dari peran ekonomi politik yang dianggap terlalu makro-deterministik. Muncul kajian baru yang lebih bersifat studi-studi lokal gerakan lingkungan, diskursus dan politik simbolik (mikro-politik), serta hubungan kelembagaan dan kekuasaan, pengetahuan dan praktis dari perjuangan di lapangan. Aliran ini disebut sebagai ekologi politik post-strukturalis.

Penegakan hukum yang lemah perlu diinvestigasi jangan-jangan karena kuatnya perselingkuhan. Segitiga perselingkuhan yang paling mungkin dan menjadi rahasia umum terjadi adalah antara pengusaha, penegak hukum dan pemimpin. Pemimpin mesti melek dan memiliki komitmen politik ekologi. Peta politik lokal kaitannya dengan sumberdaya ekonomi patut dicermati. Pendekatan lokal penting dilakukan secara sistematis. Iklim investasi memang harus dijaga dan dirawat, tetapi jangan sampai mengorbankan ekologi, rakyat, dam masa depan bangsa.

Pembangunan berkelanjutan mesti terjamin dengan ditandai minimnya kejadian bencana dengan segala dampak dan korbannya. Kualitas lingkungan merupakan kunci utama mewujudkannya. Realitasnya, kualitas lingkungan negeri ini masih di bawah standar.

Penulis, Deputi Direktur Center for Public Capacity Acceleration (C-PubliCA)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *