Kondisi pasca pencurian di Pura Bale Agung Umekaang, Rabu (23/6). (BP/Bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Kasus pencurian pratima terjadi di wilayah kabupaten Tabanan tepatnya di Pura Bale Agung Umekaang, di Banjar Geluntung Kelod, desa Geluntung, kecamatan Marga. Diduga kuat, kasus pencurian ini berkaitan dengan dua kasus yang sebelumnya terjadi yakni pencurian benda bersejarah di museum TPB Margarana dan kasus pencurian sapi di Desa Geluntung.

Pasalnya, jarak antara ketiga lokasi tersebut tidak cukup jauh dan masih searah. Kasus pencurian pratima di Pura Bale Agung Umekaang baru diketahui Rabu (23/6) pukul 08.00 WITA.

Saat itu jro mangku Ketut Negara Putra dan jro mangku istri Ni Wayan Pasiani (pemangku setempat, red) bersama sejumlah prajuru, datang ke Pura. Mereka akan melakukan bakti Ngodalin Asasih (rainan Alit Budha Kliwon yang dilaksanakan tiap 35 hari sekali).

Awalnya tak ada kecurigaan, ketika hendak memasuki areal utama Pura lantaran pintu Pura masih dalam kondisi terkunci. Namun saat memasuki areal dalam Pura, mereka kaget mendapati sejumlah barang seperti sok-sok pesucian berserakan.

Baca juga:  Ada Empat TKP Baru Dari Pengembangan Kasus Pencuri “Pratima”

Begitupun pelinggih Pejenengan Agung tempat pratima disimpan dalam kondisi terbuka termasuk empat pelinggih lainnya. Dan Pratima Macan dan Pratima Wilimana sudah berada dibawah Pelinggih Pejenengan Agung.

“Sempet merinding juga ketika melihat Pratima tergeletak dibawah Pejenengan Agung serta sok-sok pesucian berantakan, termasuk kotak sesari terbuka. Soca yang ada pada pratima hilang termasuk delapan sekar emas, dan jendela gedong terbuka,” beber Jro Mangku Istri Ni Wayan Pasiani.

Dari data barang yang hilang seperti Sekar Emas 8 buah di Bali Gedong, perhiasan emas yang nempel di pratima di Congkel. Pesucian di 8 pelinggih di ambil, di acak dan diturunkan dan gedong penyimpanan barang juga dirusak pelaku masuk melalui jendela namun tidak ada barang yang hilang.

Hal serupa juga disampaikan Jro Mangku Ketut Negara Putra didampingi Pengenter Pura I Ketut Suwenda. Dikatakannya, terakhir sekitar tanggal 1 Juni 2021, saat prajuru dan pemangku Pura menyelesaikan rangkaian upacara Ngaben seorang warga Geluntung, kondisi pelinggih Pura masih aman.

Namun ketika hendak melakukann ngodalin asasih (Rabu) baru diketahui jika ada pencurian di Pura. “Ini baru pertama kalinya terjadi, sebelumnya belum pernah padahal dulu masih kondisi penyengker pendek, sekarang tinggi dan terkunci justru kemalingan,” jelasnya.

Baca juga:  Pencurian Kembali Terjadi, Pratima Bernilai Puluhan Juta di Pura Ini Raib

Dikatakannya, Pura Bale Agung Umekaang ini sudah ada sejak jaman kerajaan di Puri Agung Marga. Dan kini diempon oleh sekitar 68 KK baik dari desa Geluntung maupun dari luar desa.

Atas kejadian ini, Jro Mangku Ketut Negara Putra berencana akan menggelar upacara guru piduka, hanya saja masih harus rembug dengan prajuru maupun minta petunjuk ke Griya. Sedangkan untuk ngodalin asasih di Putaran setempat pasca kejadian tetap dilaksanakan.

Ditemui terpisah Kapolsek Marga, AKP I Nyoman Suadi mengatakan, dari runtutan kasus pencurian yang terjadi di wilayah Marga belakangan ini, diduga kuat masih saling berkaitan. Begitupun kemungkinan pelaku lebih dari satu orang.

Hanya saja pihaknya belum mau berkomentar banyak lantaran masih dalam tahap penyelidikan. Kaitan ketiga kasus pencurian yang terjadi seperti pencurian di museum TPB Margarana, pencurian sapi dan kini pratima di Pura Bale Agung Umekaang, lokasinya cukup dekat dan searah.

Baca juga:  Gelar Nyepi Adat, Warga Palaktiying Dilarang Terima Tamu

Misalnya saja, lokasi TPB Margarana ke lokasi pencurian sapi hanya berjarak sekitar 1 kilometer yang bisa ditempuh dengan jalan kaki melalui pematang sawah. Begitupun lokasi pencurian sapi ke Pura Bale Agung Umekaang hanya berjarak 100 meter. “Jadi ada kemungkinan kuat masih satu paket dengan kasus sebelumnya, dan diduga pencurian pratima di Pura ini sudah terjadi jauh hari sebelumnya, karena pratima ditemukan dalam kondisi penuh rayap serta rumput dibawah pratima sudah mati,” jelasnya.

Lanjut kata Suadi, kemungkinan ini juga dikuatkan lantaran prajuru dan pemangku Pura terakhir datang ke Pura pada 1 Juni 2021 dan baru datang lagi ke Pura untuk melaksanakan Ngodalin Asasih, Rabu (23/6). “Sehingga baru diketahui hari ini ketika ke Pura, ” terangnya.

Ia menambahkan selain melakukan penyelidikan, anggotanya sudah rutin melakukan patroli di sekitar lokasi kejadian. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *