Ilustrasi. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hari Kebangkitan Nasional setiap 20 Mei pada masa pandemi COVID-19 harus dimaknai serius dan bergerak ke arah perubahan. Momentum ini bisa dipakai kesempatan krama Bali untuk bangkit dalam segala hal, khususnya di sektor ekonomi.

Akademisi Undiknas Prof. Gede Sri Darma, Rabu (19/5), mengatakan, kebangkitan SDM Bali perlu dipercepat agar bisa lepas dari keterpurukan ekonomi. Walaupun tertatih-tatih karena sekarang Bali tidak memiliki peluru.

Perlu amunisi atau asupan yang baik untuk bisa bangkit, sehingga perlu kreativitas dan inovasi untuk bisa bergeser ke industri selain pariwisata di tengah pandemi. “Namun bagi yang punya amunisi di tengah pandemi, mereka wait and see, menyimpan sementara karena daya beli masyarakat belum bagus,” ujarnya.

Baca juga:  Waspadai Gerakan Masif NII di Bali

Menurutnya pergerakan enterpreneur, pergeseran menuju sektor selain pariwisata perlu daya dukung yang besar dari pemerintah. Seperti pemberian insentif bagi yang mau bergerak, karena mindset masyarakat, dengan menyimpan dan mendapat bunga, cukup untuk makan, daripada diinvestasikan untuk usaha akan ada risiko lost modal.

“Sehingga slogan bangkitnya itu jangan setengah-setengah, hanya menggantungkan harapan semoga pandemi cepat berakhir, sehingga bisa buka pariwisata. Itu hanya slogan saja. Kita tahu pandemi ini tidak berakhir dalam waktu yang singkat, 2-3 tahun, bahwa pariwisata adalah sektor yang paling terakhir recovery-nya. Jadi jangan lagi mengandalkan menunggu dibuka,” bebernya.

Baca juga:  Di Pelabuhan Padangbai, Belasan Penumpang Terjaring Tak Bawa Suket Negatif

Kebangkitan ekonomi tidak lepas dari daya dukung SDM Bali. SDM Bali, khususnya generasi milenial ke bawah memiliki modal untuk bangkit dengan amunisi baru. Mereka sudah melek dengan teknologi dan bahkan bisnis yang digeluti milenial, tidak lagi berorientasi pada pariwisata. “SDM Bali harus meningkatkan kemampuannya selain kemampuan yang dimiliki saat ini. Anak muda sih no problem karena sudah terbiasa digital tapi tetap saja mereka menunggu pekerjaan. Mulailah berbisnis mulai dari awal atau start up atau bersinergi dengan yang lain untuk membangun sebuah ekosistem bisnis baru,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Hasil Survey Tahun 2015, 60 Persen Wisdom Tolak Bayar Kontribusi

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *