Suasana Mreteka Merana yang digelar Desa Adat Bedha, Rabu (5/5). (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Sebagai daerah lumbung beras Bali, Kabupaten Tabanan tentu saja memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Sejumlah tantangan pun kerap dihadapi para petani, misalnya saja serangan hama tikus yang mengancam hasil produksi pertanian.

Mengatasi hama tikus, sejumlah desa di Kabupaten Tabanan masih menggunakan cara tradisional yakni ‘pengeropyokan’. Tidak hanya itu, upacara Mreteka Merana atau ngaben tikus kerap masih dilakukan krama subak di wilayah Desa Adat Bedha, Tabanan.

Baca juga:  Tabanan Belum Bisa Penuhi Kebutuhan Ikan Lele

Upacara ini masih erat kaitannya dengan keselamatan dan kesuburan tanaman, khususnya padi.

Upacara Mreteka Merana ini menurut Bendesa Adat Bedha, I Nyoman Surata, ada dalam sastra dan ini tidak rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Melainkan akan dilaksanakan sesuai dresta, artinya ketika terjadi wabah serangan hama di wilayah subak Desa Adat Bedha yang tak terkendali (merana akeh), ritual ini akan dilaksanakan oleh krama.

Baca juga:  Krematorium Santha Graha Tunon Disidak DPRD Tabanan, Ditemukan Pelanggaran

Ritual ini diyakini sebagai upacara yang mampu bisa mengendalikan serangan hama pada tanaman warga di subak. “Upacara ini terakhir dilakukan 10 tahun silam,” jelas Surata, Rabu (5/5).

Ia melanjutkan, prosesnya hampir sama dengan upacara ngaben pada manusia. Hanya saja ini untuk “Jro Ketut,” sebutan tikus dalam tradisi Bali. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *