Ilustrasi. (BP/tomik)

BANGLI, BALIPOST. com – Sejak akhir Desember lalu, Rumah Sakit Umum (RSU) Bangli telah memiliki mesin Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mempercepat pengujian sampel swab. Mesin tersebut merupakan bantuan pemerintah pusat. Namun demikian sampai sekarang bantuan mesin tersebut belum juga dimanfaatkan. Kendalanya sarana dan prasarana pendukung untuk pengoperasian mesin itu belum siap.

Wakil Direktur Penunjang dan Sarpras RSU Bangli I Wayan Pariasta dikonfirmasi Selasa (4/5) mengakui hingga saat ini mesin PCR yang diberikan Bandan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum dimanfaatkan alias masih nganggur. Kata dia meski alat PCR sudah ada, pihaknya harus melengkapi fasilitas dan komponen pendukung lainnya. Salah satunya bangunan fisik sebagai lab PCR.

Baca juga:  Astra Motor Bali Salurkan Bantuan APD Untuk  RSU dan Puskesmas

Saat ini penyiapan bangunan fisik masih dalam proses dan progresnya sudah mencapai 90 persen. Selain bangunan pihaknya juga harus menyiapkan beberapa alat penunjang lainnya. Setidaknya ada 8-10 item alat penunjang yang harus dibeli RSU Bangli. Pihaknya kini masih melakukan proses pengadaan melalui e-katalog. Sayangnya proses pengadaan belum bisa dilakukan dengan cepat. Sebab dari sekian alat yang harus dibeli, hanya beberapa alat yang baru tersedia dikatalog. “Karena baru beberapa alat saja yang tayang, jadi belum semuanya kita bisa beli,” jelasnya.

Baca juga:  85 Subak Belum Dapat Bantuan Dana dari Provinsi

Jika nantinya bangunan fisik sudah rampung dan semua alat penunjang sudah bisa disiapkan, barulah mesin PCR dioperasikan. Pihaknya menargetkan seluruh proses persiapan selesai akhir Mei ini. Sehingga pengujian sampel swab bisa dilakukan secara mandiri di RSU Bangli. Selama ini sampel swab yang diambil di RSU Bangli harus dikirim untuk diuji ke RS Bali Mandara. Dalam sehari RSU Bangli bisa mengirim 30-40 sampel swab.

Disebutkan Pariasta, untuk penyiapan bangunan fisik dan pembelian alat penunjang menggunakan anggaran RSU Bangli. Total anggarannya 1,4 miliar lebih. Sebelumnya sempat direncanakan penyiapan sarana dan prasarana penunjang lab PCR dibiayai menggunakan dana belanja tak terduga (BTT). “Karena ada benturan aturan yang berlaku sehingga pakai dana BLU (badan layanan umum),” ujarnya.

Baca juga:  PLTS Atap, Kebijakan Strategis Mewujudkan Bali Bersih

Dia menambahkan selama ini pemerintah pusat tidak ada memberikan target kapan mesin PCR harus sudah dioperasikan. “Secara tertulis tidak ada. Pusat tidak bisa menarget karena tergangtung kemampuan daerah. Tapi diharapkan bisa secepatnya,” pungkasnya. (Dayu Rina/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *