antrean
Arus mudik di Gilimanuk saat musim mudik Lebaran. (BP/Dokumen)

JAKARTA, BALIPOST.com – Pemerintah mengeluarkan keputusan untuk meniadakan libur panjang Idul Fitri untuk menghindari adanya kegiatan mudik Lebaran. Otomatis ini berpengaruh terhadap industri pariwisata nasional yang sudah setahun terpuruk akibat pandemi.

Soal ini, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) pun bereaksi. Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani, dikutip dari Kantor Berita Antara, Senin (29/3),  mengaku menerima imbauan larangan mudik oleh pemerintah pada Lebaran tahun 2021 atau 1442 Hijriah.

Sebab, hal itu demi mencegah lonjakan kasus positif COVID-19. “Kita menyadari pemerintah yang punya otoritas untuk memutuskan tersebut, kita juga harus terima kondisinya,” katanya.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Turun ke Empat Ribuan Orang

Di sisi lain, dia berharap pemerintah membantu pelaku di industri wisata agar arus kas bisa tetap berjalan lancar dengan intervensi dan dana stimulus. Sebab, aliran pendapatan dan pengeluaran tidak seimbang mengingat banyak orang berdiam diri di rumah dan tidak bepergian.

Pembatasan ruang gerak saat libur lebaran juga berdampak kepada pelaku-pelaku wisata di daerah yang biasa jadi tujuan mudik sekaligus berlibur. Kurangnya potensi pemasukan dan dana yang harus dikeluarkan agar bisnis tetap berjalan jadi timpang.

Baca juga:  Punya Banyak "Beji," Desa Ini akan Gelar Festival Holly Water

“Yang paling berat cash flow tertekan sekali, memang harus ada perlakuan khusus kalau tidak bisa kolaps semua, antara uang masuk dan kewajiban tidak seimbang,” ujar dia.

Pemberlakuan larangan mudik berlaku pada 6-17 Mei 2021 bagi seluruh masyarakat, termasuk aparatur sipil negara (ASN), TNI dan Polri, karyawan swasta maupun pekerja mandiri.

Sejumlah pertimbangan mudik ditiadakan di antaranya kontribusi kebijakan libur panjang pada angka penularan dan kematian masyarakat serta tenaga kesehatan akibat COVID-19 yang relatif tinggi.

Baca juga:  UMP Bali di 2024 Ditetapkan Naik, Ini Besarannya

Keputusan itu juga sejalan dengan kebijakan pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro, penguatan protokol kesehatan hingga vaksinasi.

Berdasarkan keterangan Kemenko PMK secara tertulis, data Satgas COVID-19, libur Idul Fitri 2020 telah mengakibatkan kenaikan rata-rata jumlah kasus harian 68-93 persen dengan penambahan kasus harian 413-559 serta jumlah kasus mingguan berkisar 2.889-3.917. sedangkan, persentase kematian mingguan antara 28 hingga 66 persen atau sebanyak 61 hingga 143 kasus kematian. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *