Pemotor melintas di salah satu kawasan kebun cabai di Gianyar. (BP/kmb)

GIANYAR, BALIPOST.com – Harga cabai di pasaran kini mengalami kenaikan. Di beberapa pasar tradisional, cabai dipasarkan hingga Rp 80.000 per kilo.

Kondisi ini salah satunya disebabkan pasokan cabai dari petani mengalami penurunan. Seperti yang dialami petani di Gianyar.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar, Made Raka di dampingi Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura, Wayan Suarta, Jumat (8/1), mengatakan penurunan produksi cabai di Kabupaten Gianyar akibat serangan penyakit busuk buah saat musim hujan. Diungkapkanya, akibat musim penghujan ini menyebabkan tanaman cabai mudah terkena penyakit busuk buah. “Jika sudah ada genangan air di bawah pohon cabai, tanaman cabai akan mudah terkena penyakit busuk buah,” ucap Made Raka.

Baca juga:  Kementan Dorong Pengusaha Penggilingan Naik Kelas

Ia menjelaskan air yang menggenangi tanaman cabai saat musim hujan diakibatkan drainase yang kurang baik. Ini menyebabkan petani menghadapi penyakit busuk buah.

Selama ini, distribusi produk cabai di Gianyar lebih banyak ke pasar lokal. Harga jual cabai di tingkat petani sangat tergantung dari jumlah produksi.

Ketika produksi cabai melimpah maka harga cabai akan menurun. Seperti saat ini harga cabai cukup baik akibat produksi cabai turun akibat musim penghujan. “Harga cabai di tingkat petani Rp 10.000-Rp 15.000 per kg sudah di atas break even point’ (BEP),” ucapnya.

Baca juga:  Pengarakan Ogoh-Ogoh Tanggung Jawab Bendesa dan Perbekel

Sentra pertanian cabai di Kabupaten Gianyar mencakup Sukawati mencapai 350 hektare. Seperti di Subak Gede Air Jeruk sekitar 225 hektare dikembangkan tanaman cabai.

Made Raka menambahkan cabai juga dikembangkan di kawasan Payangan, Tegallalang dan Tampaksiring. Masa panen cabai 2-4 hari sekali dengan hasil rata-rata 10 ton per hektare dalam satu kali musim tanam. (Wirnaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *