Sebuah terowongan ditemukan di lokasi proyek pembangunan Bendungan Tamblang di perbatasan Kecamatan Kubutambahan dengan Kecamatan Sawan. (BP/ist)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Temuan terowongan di lokasi inti proyek pembangunan Bendungan Tamblang di perbatasan Kecamatan Sawan dan Kubutambahan mendapat atensi serius pihak Balai Arkeologi Bali, NTB dan NTT. Pada Selasa (8/12) terowongan itu diidentifikasi.

Dari identifikasi awal, diperkirakan terowongan dibangun pada masa peradaban kuno. Kepala Balai Arkeologi Bali, NTB, dan NTT, I Gusti Made Suarbawa mengatakan, indikasi terowongan itu dibangun pada masa Peradaban Kuno ditunjukan pada tebing-tebing Tukad (Sungai) Aya terdapat ceruk-ceruk pertapaan. Ini mengindikasikan kawasan itu sebagai Peradaban Kuno.

Apalagi, di wilayah dekat dengan temuan terowongan di lokasi proyek Bendungan Tamblang, juga ditemukan terowongan lain di Desa Sawan dan lainnya. “Dinding terowongan dibuat ceruk dengan jarak bervariasi antara 15, 40 sampai 80 centimeter. Kami memperkirakan itu fungsingnya sebagai tempat penerangan apakah lampu minyak, sehingga sinar juga kan untuk mengukur kelurusan,” katanya.

Baca juga:  Kebakaran TPA Suwung Belum Berhasil Ditangani, Lahan Kosong Berubah Jadi TPS

Terkait fungsi, Suarbawa menyebut, dari penelitian sementara, terowongan dibangun sebagai saluran air untuk saluran irigasi subak. Kalau dihubungkan dengan sejarah pada Abad 11-12 di Bali, terowongan sebagai saluran irigasi menjadi budaya sebagai bentuk perhatian penguasa di masa itu untuk kesejahteraan masyarakatnya.

Apalagi, keberadaan Sungai Aya menjadi pendukung utama sumber kehidupan masyarakat dan dikaitkan dengan sejarah kebudayaan yang tercipta di kawasan Tamblang, Sawan, Bila hingga Bengkala. Kawasan itu merupakan daerah peradaban kuno. “Kami belum menemukan data penunjang dari kapan, bisa jadi juga dari masa yang tidak terlalu jauh. Informasi masyarakat tidak ada yang mengetahui kapan pembuatannya,” jelasnya.

Baca juga:  Desa Adat Suwat Gelar Festival Air

Meski belum memastikan usia torowongan, Suarbawa berharap jika nantinya terowongan yang berada di luar konstruksi inti bendungan yang dibangun, bisa diselamatkan untuk dilestarikan.

Sementara itu Ahli Geologi proyek pembangunan Bendungan Tamblang, Herry Suwondo mengatakan, alur terowongan memang harus ditutup karena menganggu konstruksi dan bisa menyebabkan kebocoran bendungan. Rencananya, penutupan itu akan dilakukan dalam waktu dekat.

Sebelum ditutup, dirinya berkonsultasi dengan pihak berwenang di Pusat. Nantinya, proses penutupan terowongan itu akan memanfaatkan sistem plugging atau penyumbatan dengan beton untuk menghindari kebocoran.

Baca juga:  Kemenkumham Keluarkan Keputusan Baru untuk Pintu Masuk Perjalanan Luar Negeri

“Dari hitungan teknis, sementara posisi terowongan tidak memungkinkan merubah desain galian. Langkah yang logis dilakukan adalah sistem plugging atau disumbat,” katanya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *