Akomodasi pariwisata di Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida. (BP/dok)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Seluruh akomodasi pariwisata di daerah pariwisata Nusa Penida kini tak berdaya. Situasi itu karena pariwisata lumpuh akibat pandemic COVID-19.

Ratusan hotel dan restoran pun terpaksa tutup menghadapi situasi ini. Ini sudah terjadi pascahari raya Nyepi. Seluruh pelaku pariwisata pasrah karena ini masalah global. Seluruh karyawannya pun terpaksa dirumahkan.

Ketua PHRI Klungkung Wayan Karyana, Selasa (7/4), merinci, dari 879 hotel, sebanyak 439 di antaranya ada di sekitar Lembongan dengan jumlah 5.268 kamar. Sisanya 440 hotel dengan 3.520 kamar di Nusa Gede.

Mencermati situasi ini, dia mengaku hanya bisa pasrah. Karena hotel tutup, semua karyawannya juga sudah dirumahkan. Pengusaha hotel maupun restoran melakukan pendekatan secara kekeluargaan. Karyawan juga mengerti karena situasi ini terjadi pada seluruh lini masyarakat.

Baca juga:  Desa Bedulu Miliki Tiga Objek Wisata Cagar Budaya

Bila situasi sudah memungkinkan, nanti akan dibicarakan lagi dengan para karyawan. Sikap ini juga disambut baik kalangan pengusaha. “Mereka sangat paham, tidak ada uang bagaimana kami memberikan upah,” katanya.

Guna merawat properti akomodasi pariwisata itu, para pemiliknya mengerahkan anggota keluarganya, sekadar untuk melakukan perawatan ringan. Kebetulan, para pemiliknya mayoritas mengajak keluarganya dalam mengelolanya, agar tidak rusak dan siap kembali beroperasi bila situasi sudah membaik.

Pengusaha asal Lembongan ini, mengatakan Nusa Penida khususnya Lembongan, masih dihuni beberapa wisatawan. Itupun mereka yang memang punya vila sendiri di sana. Seperti beberapa dari Australia dan Tiongkok. Tetapi, mereka sudah datang ke Lembongan jauh-jauh hari sebelum adanya wabah COVID-19 ini, tepatnya sejak awal Desember 2019. Mereka juga punya usaha. Historinya sudah diketahui lengkap pihak desa. Lembongan menerapkan sikap sangat selektif.

Baca juga:  Kepulauan Nusa Penida, Pariwisata dan Infrastruktur Masih Timpang

“Perbekel kami di Lembongan aktif sekali mendata mereka. Setiap wisatawan yang masih tinggal di Lembongan, sudah semua terdata. Pendatang juga tidak bisa masuk sembarangan,” katanya.

Lembongan menerapkan seleksi superketat untuk pendatang. Kalau pun ada orang luar yang datang protapnya untuk masuk ke Lembongan sangat ketat. Pertama harus lapor ke desa, menjalani pemeriksaan di Puskesmas Nusa Penida II dan menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Bahkan, ada tamu yang punya proyek langsung dipulangkan. Itu karena tamu ini sempat pergi ke Denpasar. Saat mengecek proyek ke Lembongan, hanya diberikan sehari, tidak diizinkan untuk menginap di Lembongan lagi.

Baca juga:  Belum Ditemukan, Wisatawan Asing Hilang Saat Memanah Ikan

Bahkan, beberapa hari lalu, ada sekitar 20 orang buruh dari Jember dipulangkan. Sebab, mereka sudah dicegat di Sanur, tetapi berusaha masuk ke Lembongan melalui Kusamba. Saat sampai di Jembatan Kuning, mereka akhirnya langsung dipulangkan. Saat ini untuk rute ke Lembongan, hanya ada tiga jasa boat yang masih beroperasi untuk melayani penyeberangan warga lokal. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN