Warga mengubur babi mati mendadak. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Kasus kematian babi yang diduga akibat terjangkit virus masih terjadi di Bangli. Untuk meminimalisir kasus tersebut, peternak babi yang tergabung dalam Gabungan Usaha Peternak Babi (GUPBI) Bangli kembali menempuh upaya niskala dengan sembahyang bersama di Pura Kehen, Bangli Selasa (17/3).

Ketua Gupbi Bangli Sang Putu Adil mengatakan, persembahyangan bersama ini merupakan yang kedua kalinya dilakukan. Dalam persembahyangan itu pihaknya memohon agar semua selamat dari wabah virus dan penyakit baik ASF yang menyerang ternak babi maupun Corona yang menyerang manusia. “Kami nunas tirta di sana untuk dipercikkan di kandang ternak masing-masing,” ujarnya.

Baca juga:  Data Kematian Babi Diragukan, Ini Tanggapan Distan Bali

Diakui Sang Putu Adil, ini merupakan upaya niskala yang dilakukannya. Secara sekala, peternak babi di Bangli selama ini sudah berupaya melakukan upaya pencegahan dengan menerapkan biosecurity yang ketat pada kandang ternak babi masing-masing.

Diungkapkannya, sampai saat ini masih ada kasus kematian babi. Menurut informasi yang didapatnya, kasus kematian babi teranyar terjadi di Banjar Sala, Desa Abuan, Kecamatan Susut. Meski belum ada diumumkan akibat ASF, namun ada indikasi ke arah sana. Ia mengaku tidak mengetahui secara pasti berapa total jumlah ternak babi di Bangli yang mengalami kematian.

Baca juga:  Tingkatkan Penanganan COVID-19, Tes Antigen akan Digelar Denpasar di Sejumlah Lokasi Ini

Sementara itu, Kabid Kesehatan Hewan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangli drh. Sri Rahayu mengatakan, sesuai laporan, jumlah kematian babi di Bangli akibat gerubuk sebanyak 40 ekor. Jumlah itu terhitung dari Februari lalu. Kematian babi terjadi di beberapa desa yakni Dausa, Satra, Penglumbaran, Sulahan dan Pengiangan. Pihaknya mengaku belum menerima hasil uji sampel babi yang telah dikirim ke BB Vet. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Badung Mulai Siapkan Kuburan Babi, Ini Lokasinya
BAGIKAN