Buah cabai rusak dan busuk akibat serangan lalat. (BP/ist)

BANGLI, BALIPOST.com – Lantaran diserang lalat, buah cabai menjadi rusak dan busuk. Akibatnya, petani cabai di wilayah Yeh Mampeh, Desa Batur, Kintamani, tak bisa mendapatkan hasil panen yang maksimal.

Salah satu petani, Wayan Karta, menyatakan serangan lalat buah sangat mengganggu produksi cabainya. Ia tidak bisa memanen cabainya secara maksimal lantaran buahnya busuk. “Kalau biasanya bisa menghasilkan 300 kg per 30 are, sekarang hasil panennya turun 45 persen,” katanya, Selasa (4/2).

Baca juga:  Pencemaran Lingkungan Harus Ditanggulangi, Mulailah dengan Langkah-langkah Ini

Ia sudah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi serangan lalat pada tanaman cabainya. Seperti memasang perangkap lalat dan menyemprot dengan insektisida, namun serangan lalat terus saja muncul. “Pas disemprot saja lalatnya lari, beberapa hari kemudian datang lagi,” jelasnya.

Akibat banyaknya serangan lalat, Karta mengaku merugi hingga jutaan rupiah. Sebab untuk pemeliharaan, banyak biaya yang sudah dikeluarkannya. Meski kondisi ini cukup sering terjadi setiap kali masa tanam cabai, ia mengaku tak kapok menanam cabai. Sebab, dari sekian jenis komoditi pertanian, harga cabai cukup menjanjikan.

Baca juga:  Soal Vonis Dugaan Jaksa Palsu, Jaksa Tunggu Upaya Hukum Terdakwa

Saat ini harga cabai rawit di tingkat petani mencapai Rp 100-105 ribu per kilogram. Menurunnya hasil panen akibat serangan lalat buah ditambah cuaca yang kurang bersahabat, ia tidak bisa menikmati harga jual cabai yang mahal. (Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *