Wisatawan mengunjungi "Broken Beach." (BP/gik)

DENPASAR, BALIPOST.com – Upaya menjaga kestabilan ekonomi Bali melalui diversifikasi sumber ekonomi telah lama diwacanakan. Namun menurut akademisi dari Universitas Udayana, Prof. Wayan Ramantha, implementasinya belum maksimal.

Ekonomi Bali sejauh ini masih lemah karena hanya tergantung pariwisata.
Dijelaskannya, wabah virus corona di Tiongkok telah dirasakan imbasnya oleh Bali. Jumlah wisatawan Tiongkok kini menurun drastis.

Padahal Tiongkok merupakan salah satu negara penyumbang wisatawan terbesar. PDRB Bali pun akan mengalami penurunan baik dalam jangka pendek, triwulan I dan II maupun secara keseluruhan tahun 2020.

Baca juga:  Bali Alami Lonjakan Transmisi Lokal COVID-19, Harus Tahu! Ini Sebaran Daerahnya

Bercermin dari tragedi bom Bali 1 dan 2, sejatinya sudah ada pemikiran-pemikiran untuk melakukan diversifikasi ekonomi misalnya pengembangan industri yang tetap menunjang pariwisata namun berorientasi pula pada ekspor. “Jadi sebetulnya yang namanya diversifikasi pendapatan dari yang semula persentasenya sangat mengandalkan pariwisata lalu kemudian kita perlu ke peningkatan pertanian, perlu peningkatan industri, industri yang terutama berorientasi ekspor. Ini kan sudah wacana lama. Cuma di tataran implementasi ini ketika tidak ada masalah, kita lengah lagi,” ujarnya.

Baca juga:  Mayat WNA Ditemukan di Sungai Yeh Penet

Kontribusi sektor pertanian dan industri terus mengalami penurunan. Hal ini berarti diversifikasi hanya bergerak di tataran wacana. “Apalagi jarak erupsi Gunung Agung dengan kasus corona ini jaraknya pendek sekali. Yang demikian, ini yang seharusnya memberikan bukti kepada kita, harus sudah berhenti berwacana. Sekarang implementasi bagaimana meningkatkan industri yang sedapat mungkin berorientasi ekspor yang berdasarkan pada keunggulan komparatif kita,” tegasnya. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Kasus COVID-19 Nasional Tambah di Atas 13.600
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *