Anak-anak PAUD menarikan Tari Pendet. (BP/dok)

Komitmen mengawal Bali terus digulirkan Gubernur Bali Wayan Koster. Tak hanya perlindungan alam dan segala bentuk kearifan lokalnya, kini keberadaan tari sakral juga menjadi perhatiannya.

Gubernur yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Bali ini mengawal tari sakral yang berkaitan erat dengan ritual dan ajegnya Bali. Ia menegaskan seni budaya yang ada di Bali bukan seni biasa, melainkan berakar dari karya yang diciptakan untuk kepentingan upakara. Di mana kepentingan agama dan upakara agama dijalankan dengan satu tradisi adat istiadat yang juga diisi dengan unsur seni.

Banyak yang menyambut positif aturan tersebut. Karena selama ini pementasan tari sakral masih rancu. Banyak kegiatan diisi pementasan tari sakral. Bahkan menyambut wisatawan juga dipertunjukkan tari sakral.

Oleh karenanya, Gubernur Koster merasa perlu untuk mengatur hal tersebut. Ini bertujuan jangan sampai timbul desakralisasi. Ia ingin menjaga tari yang diciptakan untuk kelengkapan upacara benar-benar dijaga kesakralannya. Walaupun tari sakral itu bagian dari budaya, namun tidak serta merta bisa dipentaskan di mana saja. Harus sesuai pakem dan fungsinya.

Baca juga:  Belajar Bicara dengan Data

Seperti kita ketahui kesenian apa pun bentuknya merupakan bagian dari budaya. Namun produk budaya bukan semata kesenian. Karena budaya adalah segala hasil kreativitas umat manusia. Karena itu, setiap hasil kreativitas umat manusia adalah sebuah kebudayaan.

Ia bisa berbentuk perilaku, benda dan pikiran (ide). Seni hanyalah salah satu hasil kreativitas umat manusia. Karena sebagai sebuah hasil kreativitas, kebudayaan itu mempunyai dua sisi, yakni positif dan negatif. Budaya positif tentu yang mampu mendorong kemajuan dan membantu kehidupan manusia. Kebudayaan negatif adalah yang menghancurkan kehidupan manusia.

Rupanya pemerintah sangat menyadarai hal itu. Sehingga mata pelajaran kesenian digariskan dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Berbagai ajang lomba antarsiswa yang kental bermuatan kesenian digelar dalam berbagai kesempatan. Selain lomba vokal dan keterampilan memainkan instrumen musik, juga marak diadakan lomba menari maupun menulis dan membaca puisi.

Baca juga:  Menggali Pesan dari Kearifan Lokal

Perhatian pengambil kebijakan dalam memperkuat spirit kesenian di sekolah ini membuat anak didik bukan hanya mengenal dunia kesenian sebatas ilmu pengetahuan. Mereka juga dikenalkan berbagai jenis lagu daerah dan jenis instrumen warisan nenek moyang dari seluruh Nusantara.

Popularitas beragam jenis lagu Nusantara maupun instrumen musik tradisional menjadi lebih dikenal dan diapresiasi anak sekolah.

Kencangnya perhatian pemerintah terhadap dunia pendidikan kesenian juga ikut melahirkan berbagai sekolah kejuruan maupun perguruan tinggi yang melahirkan tenaga terdidik di bidang kesenian. Berdirinya institut seni di berbagai kota menandakan hal itu.

Baca juga:  Menjadikan Bali Bebas Polusi, Mampukah?

Tenaga terdidik yang memiliki idealisme dan kompetensi berkesenian dilahirkan dari dunia pendidikan tersebut. Mereka bahkan berhasil unjuk kebolehan mengharumkan nama negara dan bangsa di seantero dunia. Mereka memiliki idealisme yang kuat untuk mengangkat dan mengharumkan nama bangsa melalui karya seni.

Ini pula ditandai pengakuan dunia internasional atas berbagai karya seni anak bangsa ini. Demikian pula kalangan seniman asing terus membanjiri negeri kita untuk belajar dan mengapresiasikan tingginya nilai seni tradisional kita. Mereka pun ikut menularkan pengalamannya kepada anak negeri lain.

Sejumlah lembaga pendidikan di Jepang dan AS malah telah memasukkan pengajaran sejumlah instrumen musik tradisional Nusantara dalam kurikulum pendidikannya. Tentu hal tersebut menjadi kabar baik yang harus tetap dipertahankan. Kita juga berharap untuk tetap percaya terhadap kekuatan kesenian dalam membangun karakter anak bangsa.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *