Wisatawan beraktivitas di Pantai Labuan Sait. (BP/edi)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tidak hanya penurunan jumlah kunjungan, pariwisata Bali juga menghadapi tantangan turunnya spending rata-rata wisatawan mancanegara. Berdasarkan hasil survey perilaku wisman yang dilakukan oleh Bank Indonesia, diperoleh hasil bahwa spending rata-rata wisman mengalami penurunan dari Rp 13,47 juta per orang per kunjungan di 2016, menjadi Rp 12,45 juta per orang per kunjungan.

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (BI KPw) Provinsi Bali, Trisno Nugroho memaparkan, data ini sejalan dengan data dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali, rata-rata spending wisman menurun dari USD 143,45 per orang per hari pada 2016 menjadi USD 118,98 per orang per hari. Penurunan spending ini tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Bali secara keseluruhan.

Baca juga:  Sampaikan Aspirasi Soal Ini, Gubernur Koster Audiensi ke DPR RI

Kondisi ini akan diperparah jika tidak ada penambahan kapasitas pintu masuk Bali yaitu di Bandara Ngurah Rai. Keterbatasan kapasitas optimum Bandara Ngurah akan terjadi pada 2026 bila tidak dilakukan upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas.

“Padahal hampir 95 persen kunjungan wisatawan khususnya wisman ke Bali melalui Bandara Ngurah Rai. Kondisi ini tentunya menjadi tantangan pariwisata Bali dari sisi akses,” ungkapnya.

Mengatasi tantangan itu, ia mengusulkan agar Bali juga menggarap pariwisata minat khusus, seperti MICE, sport tourism, retired tourism, dan medical tourism.

Selain itu zonasi destinasi wisata menurutnya salah satu kebijakan yang patut dilaksanakan dengan mendorong pemerataan pariwisata pada seluruh kabupaten/kota di Bali. “Tentunya sesuai dengan karakter dan keunggulan dari masing-masing daerah dan dalam satu kesatuan koordinasi di tingkat provinsi, one island one management,” ungkapnya.

Baca juga:  Indonesia Serahkan Presidensi G20 ke India

Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong optimalisasi pengembangan dan penataan pariwisata Bali. Pada akhirnya kesinambungan pertumbuhan ekonomi akan terjadi.

Kebijakan ini diharapkan juga dapat mengurangi ekses dari overtourism yaitu kemacetan dan sampah yang dikeluhkan selama ini oleh para wisman. Pengembangan pasar-pasar potensial wisman secara selektif juga perlu untuk dilakukan melalui upaya promosi secara efektif dan efisien.

Beberapa negara potensial wisman antara lain Eropa Tengah, Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika. Sementara di internal Bali sendiri mengalami masalah over supply kamar.

Baca juga:  Dampak Corona, Segini Jumlah MICE dan Peserta yang Batal ke Bali

Over supply kamar ini juga mempengaruhi kondisi sektor property di Bali. Sedangkan di sisi lain, investasi masih dibutuhkan Bali.

Maka dengan konsep one island one management, ia berharap Gubernur dan Bupati bersinergi untuk menentukan kebutuhan dan dimana perlunya dibangun pariwisata. Karena Bali tidak hanya ada Denpasar dan Badung tapi ada juga 7 kabupaten lainnya. Sehingga pembangunan Bali tidak hanya terkonsentrasi pada dua atau tiga kabupaten, bisa ke tempat lain yang juga bagus untuk dikembangkan. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *