Wayan Jarta. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Galungan dan Kuningan sebentar lagi. Hari raya besar agama Hindu ini berpengaruh pada tingkat konsumsi masyarakat, sehingga dikhawatirkan terjadi lonjakan harga. Untuk itu, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bali menyiagakan enumerator (petugas lapangan) guna memantau perkembangan harga di pasar.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Bali Wayan Jarta mengatakan, jajarannya bertugas memantau pasokan dan harga bahan pangan serta berkomunikasi dengan lintas sektor seperti Dinas PKH dan TPHP. Untuk memantau perkembangan harga di pasar, pihaknya juga berkoordinasi dengan enumerator. “Di mana ada kekurangan pasokan, di mana ada kelebihan pasokan, kita saling berkoordinasi. Ketika di suatu wilayah ada perbedaan harga yang jauh, kita koordinasikan,” ujarnya, Senin (15/7).

Baca juga:  Jalan Longsor di Desa Mayong Dilaporkan ke Provinsi

Upaya khusus yang dilakukan adalah dengan mengadakan bazar murah dan mengimbau kabupaten/kota juga menggelar bazar murah untuk menekan harga. Minggu (14/7) lalu, pihaknya menyelenggarakan bazar murah di sebelah timur Lapangan Puputan Margarana, Renon, Denpasar.

Dijelaskannya, Dinas Ketahanan Pangan juga memiliki Toko Tani Indonesia (TTI). TTI tersebar di seluruh kabupaten/kota di Bali dengan total 130 titik. TTI Center berada di area Kantor Dinas Ketahanan Pangan. TTI ini lebih mendekatkan dengan konsumen serta memutus rantai distribusi yang panjang. “Ini akan diintensifkan dengan program khusus nantinya,” ungkapnya.

Baca juga:  Banyak Persoalan Belum Terpecahkan, Perlu Pembentukan Dewan Pendidikan Provinsi

Rencananya, Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) yang memasok hasil produsen atau pertanian ke TTI akan diberikan insentif berupa kredit program, sehingga dapat membeli sekaligus menjual hasil pertanian khususnya gabah petani dengan harga yang wajar.

Dengan memberikan insentif pada LUPM, diharapkan dapat mengikuti pola harga yang ditetapkan Dinas Ketahanan Pangan, sehingga harga bahan pangan terkendali. Tidak hanya menguntungkan konsumen tapi juga bermanfaat bagi petani. Saat ini LUPM di Bali sebanyak 30.

Menurutnya, LUPM mengumpulkan dan mengelola hasil pertanian dari petani kemudian membawanya ke TTI. Saat ini LUPM yang ada baru LUPM beras. Nantinya akan ada LUPM khusus bawang dan cabai, mengingat dua bahan pangan ini rentan terjadi fluktuasi harga.

Baca juga:  BPBD Bersihkan Material Longsoran di Akses Subak Papung

Harga memang sulit dikendalikan, namun pihaknya telah melakukan upaya–upaya. Tahun 2019, menyebar bibit cabai sebanyak 18.000 polybag ke seluruh kabupaten supaya ditanam di rumah tangga. Upaya ini dilakukan bersama PKK.

Pada tahun 2020 akan dibentuk LUPM cabai dan bawang yang diberikan program insentif. Dengan dibentuknya LUPM komoditi khusus cabai dan bawang ini diharapkan dapat membeli dan menjual kom

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *