DENPASAR, BALIPOST.com – Penampilan menarik bernuansa magis pada puncak HUT Bali TV ke-17 “Nangun Sat Kerthi Loka Bali Mewujudkan Bali Era Baru” di Panggung Terbuka Ardha Candra, Art Center, Denpasar, Minggu (26/5) malam. Seniman Nasional, Putu Putri Suastini Koster mempersembahkan Musikalisasi Puisi berjudul “Padang Karma: Pintu bagi yang teraniaya” yang diiringi musik gamelan dan penari latar dari ISI Denpasar.

Musikalisasi Puisi karya Dhenok Kristianti ini dibawakan dengan penuh teaterikal yang mengandung makna tanggung jawab dari hasil perbuatan (karma phala) yang dilakukan seseorang. Dalam puisi ini, dijelaskan, Dewi Durga yang oleh masyarakat dipersepsikan sebagai Dewi yang jahat dan penuh kemurkaan, ternyata memiliki sifat yang bijaksana, pengasih dan penyayang.

Baca juga:  Konggres Dipercepat, PDIP Bali Masih Inginkan Megawati

Bahkan saking cinta kasih kepada umatnya, doa-doa niat jahat pun dikabulkannya. Meskipun ia tersakiti saat mendengar doa-doa yang dilandasi dengan niat jahat tersebut.

Sebab, Dewi Durga merupakan perwujudan dari Dewi Uma yang memiliki karakter bijaksana, pengasih dan penyayang yang dikutuk oleh Dewa Siwa. Meskipun berubah wujud, namun karakter kebijaksanaan, pengasih dan penyayangnya masih melekat dalam diri Dewi Durga.

“Lewat puisi ini, Bunda (penggilan akrabnya) ingin mengubah kesan Dewi Durga itu identik dengan Dewi kematian, Dewi maut, dan lain sebagainya, sehingga dibilang Dewi yang jahat. Padahal, baik dan buruknya suatu perbuatan muncul sesuai apa yang diinginkan dan dipikirkan,” ujar Putri Suastini Koster.

Baca juga:  Universitas Trisakti Anugerahi Gubernur Koster Sustainability Leadership Award

Oleh karena itulah, istri Gubenur Bali Wayan Koster ini mengajak seluruh umat manusia untuk selalu berjalan dan berbuat di jalan yang benar. Meskipun merasa tersakiti oleh orang lain jangan dibalas dengan kedengkian, apalagi sampai memohon doa yang tidak baik secara niskala.

Sebab, sesuatu buruk yang datang kepada kita, sejatinya sekala sedang menyucikan dan melebur keburukan kita. Asalkan sesuatu buruk tersebut diterima dengan lapang dada dan penuh rasa syukur. “Karma dan Pahala itu kita yang tanggung sendiri. Jadi mikir-mikirlah dalam berbuat dan bertindak. Karena apa yang kita perbuat itulah hasil yang akan kita terima. Syukuri segala sesuatu yang datang kepada kita,” tandasnya. (Winatha/balipost)

Baca juga:  Gubernur Koster Minta Pegawai Pemerintah Pusat, Daerah dan Perbankan Berempati Bantu UMKM Tenun Endek Bali
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *