Suasana pengarakan ogoh-ogoh sebelum pandemi COVID-19 melanda. (BP/Dokumen)

GIANYAR, BALIPOST.com – Seribu lebih ogoh-ogoh terdata di Kabupaten Gianyar. Jumlah itu akan diarak pada 71 titik kawasan saat perayaan pengerupukan pada Rabu (6/3).

Saat perayaan itu seluruh masyarakat pun diimbau untuk menjaga ketertiban serta tidak mengkonsumsi minuman beralkohol (Mikol). Berdasarkan data Polres Gianyar, di kawasan seni ini sudah tercatat ada 1.039 ogoh-ogoh.

Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya yang jumlah ogoh-ogoh mencapai 1.200 lebih. “Jumlah 1039 itu data terkahir yang kita terima, dari seluruh jajaran Polsek di Kabupaten Gianyar,” ucap Kabag Ops Polres Gianyar Kompol Dewa Mahayastra dihubungi Minggu (3/3).

Baca juga:  Soal Penanganan Pengungsi Gunung Agung di RSUD Klungkung, BNPB Segera Koordinasikan

Seluruh ogoh-ogoh yang sudah rampung dikerjakan ini akan diarak pada 71 titik. Diakui puluhan titik itu ada yang menggelar pawai mendahului, namun ada juga yang tetap pada saat perayaan pengerupukan. “Memang ada yang mendahului, tapi kebanyakan saat pengerupukan diarak, misal di desa atau banjar masing-masing,” jelasnya.

Mengamankan seluruh prosesi ini, pihaknya pun sudah menyiapkan seribu lebih personal untuk pengamanan, termasuk personil dari jajaran TNI dan Dishub Gianyar. “Nanti kita ada tim gabungan yang membantu pengamanan saat pengarakan ogoh-ogoh berlangsung,” katanya.

Baca juga:  Tradisi Siat Sampian di Pura Penataran Sasih

Selama proses ini, perwira melati satu dipundaknya ini juga mengharapkan sinergitas seluruh desa Pakraman beserta tokoh masyarakat, untuk bersama menjaga keamanan perayaan pengerupukan. Termasuk juga turut serta mengawasi, agar tidak ada peserta yang mengkonsumsi mikol. “Ini sudah kami koordinasikan, agar ada peran semua pihak dalam menjaga keamanan saat perayaan ini,” tandasnya.

Salah satunya Pawai Ogoh-ogoh sudah diselenggarakan di Desa Singekerta, Ubud pada Jumat, (1/3). Pawai yang diikuti 10 banjar tersebut dilaksanakan sebelum Pangrupukan guna menghindari padatnya kegiatan masyarakat serangkaian Hari Raya Nyepi. “Parade ogoh-ogoh digelar mendahului hampir sepekan dari Nyepi, untuk menghindari terjadinya gesekan. Karena biasanya saat Pengerupukan, warga masih melaksanakan rangkaian Melasti dan warga sangat kelelahan, sedangkan harus mengarak Ogoh-ogoh pada malam harinya,” kata Perbekel Singakerta, I Ketut Murja. (Manik Astajaya/balipost)

Baca juga:  Nyepi Bersamaan dengan Ramadan, Masyarakat Diimbau Jaga Toleransi
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *