Ritual homa yadnya digelar di Bajra Sandi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Belum lama ini digelar Yadnya Nangluk Bhaya Mahayu Ayuning Bhuwana di Bajra Sandi, Renon. Tepatnya acara itu digelar pada 9 Januari 2019 sampai dengan 14 Januari 2019.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh PHDI Bali yang dibantu oleh Forum Keluarga Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI) berlangsung lancar yang di-puput oleh 14 Sarwa Sadaka. Menurut Sekretaris Panitia Pelaksana, Gede Juliarsa, SE, M.Si, dalam kesempatan yang baik ini panitia pelaksana memberikan izin untuk menampilkan Sangga Budhaireng ikut melaksanakan Homa. Namun, ia mengatakan Sarwa Sadaka tidak memohon api suci dari prosesi HOMA.

Baca juga:  Akhirnya, Pesawat Airbus A380 Emirates Mendarat di Bali

Sebelumnya, saat ditemui di lokasi acara, Pengarah Homa Yadnya Bali Mula, Guru Kresna Dwaja, mengatakan Homa Yadnya Bali Kuno merupakan awal dari segala-galanya, baik penciptaan alam semesta. Sehingga, simbol-simbol yang dimunculkan dalam ritual Homa Yadnya Bali Kuno merupakan simbol alam semesta, baik dari bawah, yaitu Asta Dala yang merupakan 8 penjuru mata angin maupun atas, yaitu Catur sebagai penguat manusia dan kehidupan.

Sedangkan paling atas menggunakan Mahkota dari Pohon Pudak. Merupakan lambang yang mampu masuk ke wilayah Siwa, Budha Ksetra ketika menerima letupan energi dari bawah. “Ritual Homa ini bersumber dari ajaran Waishnawa yang menjadi induk dari Kareshian Budha, Bujangga dan Siwa. Air yang dipetik dari inti api Homa Bali Kuno itu, yang akan dipakai penyucian pada caru yang merupakan pembangkitan diva rupa, oleh para Manggala, para Brahma Rsi dan para peserta yang berlandaskan Yoga Sapta Samadhi. Sehingga Homa atau pembangkitan energi ini digunakan untuk formulasi dari Bhuta menuju Dewa,” ujar Guru Kresna Dwaja, Sabtu (12/1).

Baca juga:  Sambut Nataru, Gubernur Koster Tegaskan Obyek Wisata Boleh Dibuka

Dijelaskan, dari seluruh energi Homa yang bangkit dalam caru melahirkan 3 hal. Yaitu, Whyaaka yang merupakan segala bentuk spiritualitas dan wujud segala agama, Nirakara yang memunculkan seluruh energi apapun yang ada di alam semesta ini, dan Sakara, yaitu lahir seluruh puja mantra dan aksara-aksara suci. “Oleh karena itu, boleh dikatakan seluruh panca yadnya kita berasal dari proses ini (Homa Yadnya, red),” tandasnya. (kmb/balipost)

Baca juga:  Bedulu Kembangkan Wisata Balai Banjar
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *