MANGUPURA, BALIPOST.com – Sepuluh tahun yang lalu, dunia mengalami krisis keuangan global. Berkat langkah-langkah kebijakan moneter dan fiskal yang luar biasa, yang membutuhkan keberanian politik yang besar telah menyelamatkan dunia dari depresi global.

“Setelah 10 tahun berlalu, kita tetap harus waspada terhadap meningkatnya risiko dan kesiapsiagaan kita dalam mengalami ketidakpastian global. Terdapat banyak masalah yang membayangi perekonomian dunia, Amerika Serikat menikmati pertumbuhan yang pesat. Namun di banyak negara terdapat pertumbuhan yang lemah atau tidak stabil,” kata Joko Widodo, Presiden Indonesia.

Perang dagang semakin marak dan inovasi teknologi mengakibatkan banyak industri terguncang. Negara-negara yang tengah tumbuh juga sedang mengalami tekanan pasar yang besar. “Dengan banyaknya masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa, Winter is Coming,” kata Jokowi pada Acara Opening Plenary Pertemuan Tahunan IMF-World Bank, di Nusa Dua Convention Center, Jumat (12/10).

Baca juga:  Pertemuan IMF-WB, Produk Pelaku UMKM Diminati Delegasi

Dalam beberapa dekade terakhir ini negara ekonomi maju telah mendorong Indonesia, negara ekonomi berkembang untuk membuka diri dan ikut dalam perdagangan bebas dan keuangan terbuka. Globalisasi dan keterbukaan ekonomi internasional ini telah memberikan banyak sekali keuntungan baik bagi negara maju maupun negara berkembang.

Berkat kepeduliaan dan bantuan negara ekonomi maju, negara-negara berkembang mampu memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi dunia. Namun akhir-akhir ini, hubungan antar negara-negara ekonomi maju semakin lama semakin terlihat seperti Game of Thrones, Balance of power dan aliansi antar negara-negara ekonomi maju sepertinya tengah mengalami keretakan.

Baca juga:  Percepat Udara Bersih, KBL akan Gantikan Motor Ber-BBM

Lemahnya kerjasama dan koordinasi telah menyebabkan terjadinya banyak masalah seperti peningkatan drastis harga minyak mentah dan juga kekacauan di pasar mata uang yang dialami negara-negara berkembang. “Saat ini kita sedang menghadapi ancaman global yang tengah meningkat pesat. Perubahan Iklim, telah meningkatkan intensitas badai dan topan di Amerika Serikat hingga Filipina. Sampah plastik di laut di seluruh penjuru dunia telah mencemari pasokan makanan di banyak tempat. Ancaman global yang tumbuh pesat tersebut yang hanya bisa kita tanggulangi jika kita bekerja bersama,” ungkapnya.

Waktu sudah sangat mendesak untuk bertindak dalam skala besar-besaran. Guna mencegah kehancuran dunia akibat perubahan iklim global yang tidak terkendali. Investasi terutama investasi tahunan perlu segera ditingkatkan secara global sebesar 400 persen untuk energi terbarukan. “Untuk itu kita harus bekerja bersama menyelamatkan kehidupan bersama kita,” ujarnya.

Baca juga:  Lapas dan Rutan di Bali "Overload"

Ia menegaskan bahwa saat ini kita masuk pada “Season Terakhir” dari pertarungan ekspansi ekonomi global yang penuh rivalitas dan persaingan. Bisa jadi situasinya lebih genting dibanding krisis finansial global sepuluh tahun yang lalu.

Maka Indonesia akan sangat bergantung pada para pembuat kebijakan moneter dan fiskal dunia untuk menjaga komitmen kerjasama global. Ia berharap para pembuat kebijakan bisa berkontribusi dalam mendorong para pemimpin dunia untuk menyikapi keadaan ini secara tepat. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *