Pisang asal Lombok, NTB membanjiri Pasar Galiran, Klungkung. (BP/dok)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Dua hari lagi, umat Hindu, khususnya di Kabupaten Klungkung menyambut buda cemeng kelawu. Sejalan dengan itu, harga perlengkapan upakara, salah satunya pisang bergejolak. Demikian juga halnya dengan ayam dan bebek.

Berdasarkan pantauan di Pasar Galiran, Klungkung, Minggu (23/9), pasokan pisang ke pengepul hingga beberapa kali lipat dari hari biasa. Buah bertandan ini nyaris seluruhnya didatangkan dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). “Kalau hari biasa, paling menyediakan lima ratus tandan. Tapi jelang buda cemeng kelawu, nambah banyak. Sampai tiga ribu tandan,” tutur pedagang, Ni Nyoman Sriasih.

Baca juga:  Awal 2019, Kodam Gelar Fun Bike

Disampaikan lebih lanjut, lonjakan harga juga tak bisa tertahan. Pisang yang berukuran sedang, yang biasanya Rp 15 sampai Rp 20 ribu per tandan menjadi Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu. Untuk yang lebih besar juga mengikuti. “Kebutuhan banyak. Pasokan tidak mencukupi. Jadinya harga naik. Untuk penjualan lancar. Karena pisang memang diperlukan. Sudah dari lima hari lalu banyak yang membeli,” katanya.

Baca juga:  Jepang Deteksi Wabah Flu Burung, Seratusan Ribu Ayam Dimusnahkan

Lonjakan harga ayam broiler juga tak terelakkan, dari sebelumnya Rp 30 ribu per ekor dengan berat kisaran 1,4 kilogram menjadi Rp 33 ribu sampai Rp 35 ribu. Menurut pedagang, Komang Sudiani dikarenakan pasokan yang tak begitu lancar. “Harga naik dari beberapa hari kemarin. Kalau pasokan sudah lebih lancar. Kalau sebelumnya sempat sulit. Harganya sampai tembus Rp 40 ribu,” ungkapnya. Hal serupa juga terjadi pada harga bebek, dari Rp 75 ribu menjadi Rp 90 ribu per ekor. “Karena perlu, jadi tetap dibeli. Pasokan dari peternak juga bertambah,” kata Kadek Burdiasa, pedagang asal Lingkungan Besang, Kelurahan Semarapura Kaja, seraya menambahkan puncak penjualan diperkirakan berlangsung hingga esok. “Sehari sebelum rahinan, pembeli masih ramai,” imbuhnya.

Baca juga:  Harga Bunga Gumitir Tembus Rp 40.000 Perkilogram

Sementara itu, seorang konsumen, Nyoman Budi mengaku lonjakan harga secara otomatis menyebabkan pengeluarannya membengkak. Belum lagi untuk membeli kebutuhan lain, seperti bunga. “Banyak yang harganya naik. Tapi mau gimana, tetap dibeli. Karena perlu untuk rahinan,” sebutnya. (sosiawan/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *