SEMARAPURA, BALIPOST.com – Upacara bendera peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 di Kabupaten Klungkung, Jumat (17/8) tak sebatas berlangsung di Lapangan Puputan Klungkung. Warga Kelurahan Semarapura Kangin juga melaksanakannya di Tukad Unda.

Jarum jam menunjukkan angka pukul 09.00 Wita. Air tukad yang melintang dari wilayah Karangasem ini nampak deras. Berdebur dari atas berwarna putih layaknya tirai.

Dibaliknya terbentang tiga bendera merah putih. Yang di tengah paling besar. Lengkap dengan gambar garuda pancasila. Embun tipis pun turut terhempas. Memunculkan rasa dingin.

Ketika itu, puluhan warga berkumpul di sekitarnya. Laki-laki mengenakan kamben berbalut saput poleng. Tanpa mengenakan baju.

Yang perempuan, mengenakan kebaya merah dan kamben putih. Kepalanya diikat pita merah putih. Puluhan anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) juga tak ingin ketinggalan. Ikut berbaur, meramaikan.

Baca juga:  Buka Pariwisata Internasional, Pemerintah Diminta Jangan "PHP" Lagi

Tak berselang lama, mereka membuat barisan. Lalu berjalan ke jalan raya menuju Desa Paksebali, Kecamatan Dawan. Jaraknya hanya sekitar 500 meter. Ada yang membawa bendera merah putih yang diikatkan pada bambu runcing. Ada punggungnya yang dicat merah putih.

Melintasi tangga, mereka pun turun ke sungai yang biasa dijadikan tempat praweding itu. Kembali membuat barisan. Nampak rapi. Di depannya nampak tiang menjulang tinggi. Dipangkalnya dibalut kain poleng.

Memperingati Hari Kemerdekaan. Suasananya sangat khidmat. Bendera merah putih pun dikibarkan, diiringi lagu Indonesia Raya. Peserta pun menunjukkan sikap hormat. Undang-undang Dasar 1945 juga turut dibacakan. Upacara yang menginjak kali ke-4 ini pun ditutup pekikan “merdeka”.

Baca juga:  Denpasar Benarkan Warganya Meninggal Positif COVID-19

Meski bukan hal baru, upacara ini pun memantik perhatian warga sekitar. Banyak yang datang hanya sekadar menyaksikan. Seolah menjadi hal yang ditunggu-tunggu.

Lurah Semarapura Kangin, I Wayan Sudarma yang menjadi pembina menuturkan ide upacara ini muncul dari obrolan di Poskambling bersama anak-anak muda. “Ini mulai 2015. Awalnya sekadar ngobrol, apa dibuat untuk memperingati Hari Kemerdekaan supaya menarik dan berbeda. Akhirnya muncul seperti ini,” tuturnya.

Ia pun menegaskan, itu bukan sebatas memerdekaan jiwa, membangun semangat untuk melakukan hal positif kedepan. Tetapi juga untuk memerdekakan alam. “Upacara ini juga mengusung konsep Tri Hita Karana. Dengan di sungai, menyadarkan kita bagaimana menjaga alam. Apalagi ini menjadi objek wisata. Kami sering melakukan bersih-bersih sampah,” ucapnya.

Baca juga:  Polres Klungkung Minta Warga Ikuti Adaptasi Kebiasaan Baru

Pengibar bendera, Ni Komang Sri Yundari menuturkan meski kemasannya tak seformal di Lapangan Puputan Klungkung, upacara ini memberikan kesan tersendiri. Ada semacam perjuangan melawan derasnya air yang berbeda dari biasanya. “Ini ikut yang kedua kali. Cukup sulit juga karena berdiri dan melangkah di tengah air deras. Tetapi sangat senang bisa berpartisipasi memperingati hari kemerdekaan ini,” katanya.

Dara berkulit putih ini mengaku melakukan persiapan sejak seminggu lalu. Tahun selanjutnya, ia masih ingin ikut. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *