Peternak sedang membersihkan kandang babinya. (BP/dok)

TABANAN, BALIPOST.com – Harga jual babi saat ini naik menjadi Rp 30 ribu per kg-Rp 32 ribu per kg untuk grosir. Untuk penjualan eceran dengan kualitas super harganya Rp 33 ribu per kg.

Sementara di tingkat peternak babi kerakyatan harga jualnya menjadi Rp 30 ribu per kilogram dan ditingkat peternak babi on farm naik menjadi Rp 32 ribu per kg-Rp 33 ribu per kg. Harga Ini naik sejak Galungan. Harga jual babi berkisar antara Rp 28 ribu-Rp 29 ribu per kg.

Baca juga:  Dipicu Kenaikan Harga BBM, Inflasi Indonesia 2022 Diproyeksi Naik

Menurut peternak babi di Tabanan sekaligus Wakil Ketua Gabungan Usaha
Peternak Babi (Gubi) Bali, Nyoman Ariadi, Jumat (6/7) penyebab kenaikan harga babi ini karena populasi babi ternak mengalami penurunan. Penurunan populasi babi ternak sendiri dikarenakan banyaknya peternak, terutama ternak kerakyatan yang memilih untuk berhenti melakukan usaha ternak babi.

Berhentinya sejumlah peternak babi ini karena biaya operasional yang semakin meningkat terutama di harga pakan ditambah lagi dengan harga jual ternak babinya yang murah. ‘’Cukup lama harga jual babi di level yang murah dalam
artian tidak sesuai dengan biaya operasional yang dikeluarkan,’’ ujarnya.

Baca juga:  Jelang Nataru dan Galungan, Harga Kebutuhan Pokok Merangkak Naik

Penurunan jumlah peternak babi kerakyatan ini mengakibatkan populasi
babi ikut turun dan menimbulkan adanya kenaikan harga. Turunnya
populasi babi ternak ditambah banyaknya produksi babi di Bali
yang dilempar ke antarpulau seperti, Jakarta, Surabaya dan lainnya.

Kata Ariadi pengiriman babi untuk perdagangan antarpulau ini rata-rata bisa
mencapai 350-500 ekor per minggu. “Jumlahnya cukup besar, sehingga
keberadaan babi ternak untuk memenuhi permintaan lokal semakin
sedikit. Ini yang mempengaruhi harga di tingkat lokal,” ujarnya.

Baca juga:  Liga 1, Bali United Fokus dan Berjuang Maksimal Lawan Barito Putera

Kondisi kenaikan harga jual babi yang meningkat ini, dikatakan Ariadi,
pernah terjadi beberapa tahun lalu. Saat itu penyebab kenaikan juga
sama karena terjadinya penurunan populasi babi ternak. Namun kemudian
karena dilihat menjanjikan, banyak masyarakat yang kemudian beternak
babi. “Saya rasa kondisi sekarang akan sama. Melihat harga jual babi
naik maka yang dulunya berhenti beternak akan kembali berminat,” ujar
Ariadi. (Wira Sanjiwani/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *