Perajin gedek saat menjemur kerajian gedek usai dibersihkan. (BP/nan)

BANGLI, BALIPOST.com – Di tengah gempuran kalsibot dan bahan lainnya, penjualan gedek sejak beberapa tahun terakhir kian sepi. Kondisi tersebut, membuat usaha perajin gedek semakin merana lantaran kesulitan menjual hasil kerajinnnya. Meski begitu, hingga saat ini mereka masih tetap bertahan di tengah situasi yang sulit untuk tetap menjaga usaha yang telah digelutinya sejak puluhan tahun lalu tetap berjalan.

Seperti yang diungkapkan perajin gedek asal Banjar Sribatu, Desa Pengelumbaran, Susut, Bangli, Gusti Aji Ketut Rata, Rabu (13/6), mengungkapkan, sejak beberapa tahun terakhir penjualan gedek kian sepi.

Baca juga:  Dari Batu Mirip Sarkofagus Ditemukan hingga Pedestrian Panelokan Sudah Rusak

Kata dia, penurunan penjualan gedek akibat persaingan semakin ketat karena banyaknya perajin. Diamping itu, juga akibat serbuan kalsibot dan bahan lainnya. Karena dengan adanya bahan tersebut, membuat masyarakat yang dulunya memakai gedek untuk pembuatan plafon rumah kini beralih ke sana, lantaran dinilai lebih praktis.

“Penjualan mulai menurun drastis sejak tiga tahun terakhir. Karena sebagian besar warga kini beralih ke kalsibot dan bahan lainnya yang dinilai lebih praktis. Kalau sebelum itu, memang warga cenderung memakai gedek. Sekarang masih ada warga yang memakai gedek, namun jumlahnya hanya sedikit tidak sebanyak dulu,” ujarnya.

Baca juga:  Serunya Berpetualang di Apuan Bangli

Dia menjelaskan, untuk penjualan gedek tidak menentu. Bahkan sempat dalam sehari tidak pernah dapat berjualan. Jelas dia, untuk penjualannya biasanya data dari Susut serta Ubud Gianyar. Karena pebeli yang dari Gianyar lebih cenderung untuk pembangunan villa. Karena mereka masih memakai bahan alami karena ingin mempertahankan nuansa traditional.

“Untuk harga bervariasi. Untuk gedek bermotif saya jual seharga Rp 60 ribu per meter karena pembuatannya paling rumit lantaran bermotif. Kalau yang tidak bermotif saya jual Rp  25-30 ribu per meternya. itupun tidak menentu. Kadang seminggu baru dapat jualan. Itupun sedikit,” katanya.

Baca juga:  Anjing Diduga Rabies Gigit Tiga Warga di Banjar Tangkas

Ditengah gempuran Kalsibot dan bahan lainnya, kata dia pihaknya hanya bisa bertahan agar kerajian gedek yang sudah digeluti puluhan tahun tetap berjalan. Disamping itu juga, usaha gedek ini sebagai mata pencarian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.“Meskiun pembeli sepi saya tetap akan mengembangkan usaha ini agar tidak sampai gulung tikar,”tegasnya. (eka prananda/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *