Suasana pelaksanaan upacara di Pura Puseh dan Bale Agung Desa Paakraman Kusamba, Kecamatan Dawan, Kamis (29/3). (BP/ist)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Perbaikan palinggih Pura Puseh dan Bale Agung, Desa Pakraman Kusamba, Kecamatan Dawan telah rampung. Menyusul itu, digelar Karya Mamungkah, Tawur Labuh Gentuh, Pedanan dan Ngenteg Linggih. Puncak upacara yang tergolong tingkatan utama ini dilaksanakan bertepatan dengan pujawali, Rabu (4/4). Di-puput tujuh orang sulinggih dengan yajamana karya, Ida Pedanda Gde Putra Tembau dari Gria Aan, Klungkung.

Serangkaian karya, Kamis (29/3) dilaksanakan upacara tawur labuh gentuh, mendem padagingan, mlaspas agung, masupati pralingga, caru manca sanak madurga dan caru manca sata. Dalam hal ini, Pjs. Bupati Klungkung, I Wayan Sugiada diwakili Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kabag Kesra), I Wayan Winata, dan sejumlah nperwaklan dari instansi terkat, termasuk Panglingsir Puri Klungkung, Ida Dalem Semaraputra.

Baca juga:  Bangun Meru Tumpang Pitu, Desa Adat Tamanbali Gelar Punia Undian Berhadiah

Bendesa Pakraman Kusamba, A.A Gede Raka Swastika mengungkapkan digelarnya karya mamungkah ini dilatarbelakangi oleh dua hal. Pertama, telah selesainya perluasan areal pura serta rampungnya perbaikan berbagai palinggih di Pura Puseh-Bale Agung. Kedua, petunjuk sastra agama dan tuntunan sulinggih yang menyebutkan dalam rentang waktu 25 tahun, di sebuah pura atau parahyangan mesti dilaksanakan kembali karya mamungkah ngenteg linggih sebagai upaya penyucian kembali. ”Karya mamungkah di Pura Puseh lan Bale Agung terakhir dilaksanakan tahun 1993,” katanya.

Baca juga:  Bupati Suwirta Tinjau Tiga Objek Wisata di Nusa Lembongan-Ceningan

Ketua Panitia Karya, I Nengah Sumarnaya menjelaskan karya tersebut dianggarkan Rp 1,5 miliar bersumber dari swadaya krama berupa urunan 978 krama adat serta sumber-sumber pendanaan lain, seperti keuntungan LPD, bantuan keuangan khusus (BKK) dari Pemerintah Kabupaten Klungkung, BKK dari Pemerintah Provinsi Bali serta punia dari krama. “Wewalungan serta sejumlah sarana upakara juga berasal dari,” jelasnya.

Melancarkan karya ini, seluruh krama diharapkan melaksanakan yasa kerti dalam wujud ayah-ayahan, upacara serta menjaga perilaku yang baik dan suci selama karya berlangsung. Kabag Kesra, I Wayan Winata menyatakan upacara ini sangat penting sebagai upaya mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di desa pakraman secara sekala dan niskala.

Baca juga:  Sejak Wabah COVID-19 Melanda Bali, Segini Jumlah Orang Jalani Rapid dan Swab Test

Diharapkan ini bisa menjadi landasan kuat untuk melaksanakan swadharmaning negara berdasarkan swadharmaning agama sesuai tuntunan sastra agama. Pasca upacara ini, pada, Senin (1/4) dilaksanakan melasti ke segara serta Ida Batara mamasar. Selasa (3/4) digelar mapepada karya. Puncak karya pada Rabu (4/4). Ida Batara masineb pada, Minggu (15/4). Rangkaian upacara karya diakhiri dengan maajar-ajar ke Pura Goa Lawah pada Buda Pon wuku Tolu, Rabu (18/4) mendatang. (Adv/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *