AMLAPURA, BALIPOST.com –  Banjir lumpur berbau belerang terjadi di Tukad Mati, Desa Abang. Sumber dari relawan CORE ORLOK Karangasem di Desa Abang, Gede Suputra YG9EIO, kejadian ini dianggap aneh oleh warga sekitar.

Pasalnya sudah lebih dari 20 tahun, sungai itu tak pernah teraliri air. Hal ini juga yang menyebabkan warga menamai sungai itu Tukad Mati.

Tetapi, pada Selasa (20/2), tiba-tiba banjir begitu deras terjadi disana. “Banjir di Tukad Mati itu sangat terasa bau belerang,” kata Gusti Semarabawa, seraya menegaskan, agar masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan, meski sudah turun status Gunung Agung jadi siaga.

Tak hanya di Tukad Mati, masyarakat di sekitar akses jalan di Pilian, Banjar Dinas Darmawinangun, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, juga dikagetkan dengan adanya banjir bercampur lumpur, Selasa (20/2) sore. Banjir ini mengalir deras di atas jalan raya hingga sempat memutus sementara akses jalan tersebut.

Baca juga:  Huangling, Bangunan Tradisional dan Sawah Bertingkatnya Jadi Ikon Tiongkok

Derasnya aliran banjir membuat warga maupun pengguna jalan tak berani melintas. Menurut warga, banjir bercampur lumpur ini baunya sangat menyengat.

Mirip bau belerang, saat banjir lahar dingin yang terjadi sebelumnya. Relawan dari anggota CORE ORLOK Karangasem, Kecamatan Kubu, Dimas, mengatakan banjir ini berlangsung cukup lama hingga berjam-jam.

Sehingga, mengakibatkan kendaraan dari dua arah yang biasa melintasi jalan ini, tertahan. “Menurut teman kami di PVMBG, banjir ini ada kaitannya dengan aktivitas Gunung Agung. Ini disebut banjir lumpur tanah permukaan,” kata Ketua CORE ORLOK Karangasem, Gusti Semarabawa, usai menerima banyak informasi dari anggotanya di Kubu.

Baca juga:  Bali Catat Tambahan Pasien Sembuh Lebih dari 2 Kali Lipat Kasus COVID-19 Baru

Sejak banjir pukul 15.00 wita, banjir ini baru surut sekitar pukul 18.51 wita. Sehingga, aktivitas kendaraan pun yang memanfaatkan akses jalan ini mulai berangsur-angsur normal.

Dipastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, situasi itu mengakibatkan antrian panjang dari dua arah, karena kendaraan tertahan hingga berjam-jam.

Sebagaimana update data resmi terakhir Badan Geologi, PVMBG-Pos Pengamatan Gunungapi Agung, yang disusun Wahyu Ardi Setiawan, menerangkan seharian cuaca berawan, mendung dan hujan. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah timur. Gunung Agung terlihat jelas.

Asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 700 m di atas puncak kawah. Jumlah kegempaan sudah sangat minim.

Baca juga:  Hepatitis Akut Belum Masuk Bali

Masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan tetap diminta agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di zona perkiraan bahaya. Yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung, agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi. Terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landasan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *