Aktivitas Gunung Agung sudah mengalami penurunan. PVMBG akan melakukan evaluasi terkait statusnya yang masih level IV. (BP/dok)
AMLAPURA, BALIPOST.com – Saat ini aktivitas kegempaan Gunung Agung masih tinggi, gempa dalam 500-600 kali, gempa dangkal di kisaran 350 kali dan tektonik local di kisaran 60 kali dalam sehari. Meski masih tinggi, jumlah kegempaan sudah menurun meskipun kawah Gunung Agung masih mengeluarkan asap sulfatara.

‘’Speed (kecepatan) tinggi terjadi pada 22 dan 23 September. Sekarang sedikit menurun,’’ jelas Kabid Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM, Gede Suantika, Jumat (20/10), saat peluncuran sistem peringatan dini berbasis android di Gedung UKM Center, Amlapura.

Suantika menyatakan, Gunung Agung memang mengalami penggelembungan tapi dalam ukuran mikrometer. Meski masih ada penggelembungan, namun saat ini belum ada perpindahan ataupun konsentrasi magma kea rah puncak gunung. ‘’Konsentrasi magma ke permukaan masih nol. Belum ada migrasi magma,’’ tegasnya.

Baca juga:  Sarana BPBD Tabanan Belum Memadai

Saat ini, lanjutnya, konsentrasi magma masih berada di kedalaman 5 sampai 10 kilometer. Namun meskipun ada penurunan frekwensi gempa, namun menurut dia, sepanjang dua hari lalu masih ada gempa yang dapat dirasakan. Di lain pihak, ada kondisi lain yang cukup menggembirakan, bahwa sejauh ini belum ada gempa yang berpusat di bawah Gunung Agung.

Gempa-gempa yang terjadi selama ini baik yang tidak terasa maupun terasa masih berada di luar, utamanya di celah antara Gunung Agung dan Gunung Abang.

Sampai Jumat siang, PVMBG masih menempatkan Gunung Agung pada level awas dengan rekomendasi pengosongan kawasan di radius sembilan kilometer dan radius sektoral 12 kilometer.

Baca juga:  Ratusan Hektare Sawah di 3 Kecamatan Rusak Karena Abu Vulkanik

Soal asap yang masih keluar dari kawah, berdasarkan hasil pengamatan Pos Pantau Rendang di sisi barat dan Batu Lempeh di sisi utara, masih berupa asap sulfatara dengan ketinggian berkisar 100 meter. Asap berwarna putih, artinya di dominasi uap air yang terjadi akibat adanya pemanasan di Gunung Agung.

Sementara untuk mendapatkan visual tentang kondisi gunung, personil Tim Deru UGM kembali menerbangkan drone di atas Gunung Agung. Namun penerbangan tersebut memprioritaskan pengambilan foto di wilayah KRB I dan II. Drone tidak sampai ke puncak.

Koordinator Tim Deru Universitas Gajah Mada (UGM), Ruli Andaru, drone tipe FX 79 terbang sampai di ketinggian 1.200 meter dan berhasil mengambil sedikitnya 1.200 gambar. Namun tidak semua gambar bisa dipakai untuk melakukan analisa karena objek terhalang awan. ‘’Banyak gambar yang tertutup awan, karena sepanjang hari Gunung Agung memang tertutup awan,’’ terangnya.

Baca juga:  Demo Bubar Dengan Tertib, Ini Kata Kapolda

Penerbangan drone kemarin merupakan lanjutan dari kegiatan serupa dua hari lalu, saat itu drone tembus ke pucak dan sempat mengambil cukup banyak foto tentang kondisi kawah Gunung Agung. Rencananya, menurut Ruli Andaru, Sabtu (21/10), drone kembali diterbangkan untuk mengambil video. ‘’Targetnya masih di KRB I dan II, tapi jika memungkinkan kita akan coba menjangkau ketinggian maksimal,’’ pungkasnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *