erupsi
Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat menjelaskan hasil pertemuan dengan para perbekel dan lembaga pemerintahan terkait lainnya. (BP/gik)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Jumlah desa terdampak erupsi Gunung Agung terus bertambah. Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, bergabung dengan 27 desa terdampak lainnya yang sudah di rilis lebih dulu. Ini semakin menambah kebingungan masyarakat. Padahal, aparat desa setempat baru saja menghimbau warganya di pengungsian, agar segera kembali ke desa, karena sebelumnya masuk dalam zona aman.

Bertambahnya Desa Bungaya Kangin ini disampaikan langsung Gubernur Bali Made Mangku Pastika, saat rapat koordinasi dengan pimpinan lembaga terkait dan para perbekel di Karangasem di Ruang Rapat Pos Komando Siaga Darurat Erupsi Gunung Agung di Pelabuhan Tanah Ampo, Kecamatan Manggis, Minggu (1/10) siang. “Jumlah desa terdampak sekarang menjadi 28 desa. Data ini dikeluarkan Badan Vulkanologi berdasarkan gambar di peta itu,” kata Gubernur Pastika.

Dia menegaskan, warga zona awas pada 28 desa dari 78 desa yang ada di Karangasem ini, jumlah penduduknya hanya sekitar 70 ribu. Ini jelas jauh lebih rendah dari total pengungsi saat ini diangka 144 ribu orang. Daftar desa terdampak ini ditegaskan bukan dibuat Pemerintah Provinsi Bali. Tetapi, dibuat Badan Vulkanologi yang dihitung secara ilmiah yang ahli di bidang itu. “Tidak ada yang ngarang-ngarang. Jangan bilang ini perintah gubernur, warga harus pulang, jangan. Saya tak pernah bilang harus, tapi di televisi warga bilang mengungsi atas perintah gubernur. Tidak benar itu,” katanya.

Baca juga:  Pandemi Covid-19, Tabanan Makin Gencar Jalankan Program Kedaulatan Pangan

Bila ada 28 desa yang terdampak, berarti ada 50 di zona aman. Dia meminta aparat desa di 50 desa ini bisa menampung warga yang mengungsi dari 28 desa itu. Gubernur ingin masyarakat di zona aman, menunjukkan sikap menyama braya, yang sudah menjadi indentitas masyarakat Bali sejak dulu. Tetapi, pemerintah daerah dikatakan tidak akan tinggal diam. Dia ingin seluruh pengungsi bisa tertampung semua di Karangasem. Sehingga, tak ada lagi pengungsi yang tinggal di kabupaten/kota lainnya di Bali. “Malu kita jauh-jauh mengungsi. Padahal, di Karangasem banyak daerah aman,” ujar Gubernur Pastika.

Dia kembali memastikan, kalau warga pengungsi di luar dari 28 desa itu, kalau ikut mengungsi, tidak akan mendapat kartu pengungsi. Artinya, dia juga tak berhak mendapatkan bantuan logistik dari pemerintah. Di lokasi pengungsian, nantinya akan dikoordinir oleh masing-masing klian banjar dinas bersama para perbekel setempat. Kalau semua pengungsi sudah tertib dan mendapat tempat di setiap bale banjar, baru nanti dikasi ULP (Uang Lauk Pauk) oleh pemerintah.

Baca juga:  Pasca Penurunan Radius KRB, Ribuan Warga Pengungsi Akan Dipulangkan

Nanti ULP ini penyalurannya dikoordinir oleh klian banjar. Selain uang lauk, salah satunya keperluan lainnya juga untuk membeli gas. Sementara kalau kompor, setiap banjar diasumsikan sudah punya. Sedangkan, untuk kebutuhan alas tidur, kebutuhan air, gas, tenda dan kebutuhan MCK, jumlah dan rincian kebutuhannya tinggal diajukan ke Pos Komando. Sementara, kalau bale banjar masih kurang, bisa manfaatkan bale subak, wantilan desa, wantilan pura dan rumah-rumah penduduk.

Ditempat desa yang aman, Gubernur Pastika juga sudah memastikan listrik tidak akan mati. PLN kata Gubernur Pastika sudah memastikan listrik tidak akan mati, sepanjang gardu induk di Kecicang, tetap aman meski terjadi erupsi Gunung Agung. Dia juga mengaku sudah memastikan seluruh provider tidak akan ada yang mati. Ini untuk memudahkan komunikasi, bila kemungkinan terjadi hal terburuk di lapangan.

Masuknya tambahan Desa Bungaya Kangin sebagai desa terdampak, kembali membuat warga bingung, khususnya warga setempat. Perbekel setempat Ida Bagus Nyoman Sudira mengakui bingung, karena sebelumnya, pihaknya sudah menginformasikan kepada warganya yang mengungsi agar segera pulang, karena Desa Bungaya Kangin sebelumnya ada di zona aman. Disaat warga setempat sudah mulai pulang, sekarang wilayah Desa Bungaya Kangin masuk lagi zona awas. Warga berarti harus mengungsi lagi. “Kalau sudah begini, bagaimana sekarang menjelaskan kepada masyarakat,” keluhnya.

Baca juga:  Hasil Kajian, Badung Butuh 1.760 Swalayan

Sebelumnya, ada 27 desa yang ditetapkan sebagai daerah terdampak, antara lain di Kecamatan Kubu, Desa Tulamben, Kubu, Dukuh, Baturinggit, Sukadana, Ban dan Tianyar (kecuali Desa Tianyar  Tengah dan Barat). Kecamatan Abang, antara lain Desa Pidpid bagian atas, Desa Nawa Kerti, Kesimpar bagian atas (perbatasan dengan Wates Datah), Desa Datah bagian atas (Kedampal, Karangsari, Wates) dan Desa Ababi bagian atas (Umanyar, Besang dan sekitarnya).

Sementara di Kecamatan Bebandem Desa Bhuana Giri, Budakeling (dekat sungai Embah Api), Desa Bebandem bagian atas (Tihing Sekaa, Tihingan) dan Desa Jungutan. Kecamatan Selat, antara lain Desa Duda Utara, Amertha Buana, Sebudi, Peringsari bagian atas (Lusuh, Padangaji), Muncan bagian atas (Pejeng dan sekitarnya). Kecamatan Rendang, di antaranya Desa Besakih, Menanga bagian atas (Batusesa, Tegenan dan sekitarnya), Desa Pempatan bagian atas ( Pemuteran, Gunung Lebah, Keladian dan Puragae). Terakhir, Kecamatan Karangasem, antara lain, di wilayah Kelurahan Padangkerta (kecuali Desa Adat Peladung dan Temega), Kelurahan Subagan (kecuali Desa Adat Jasri), dan Kelurahan Karangasem yang dekat dengan Tukad Janga. (Bagiarta/Bali Post)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *