ITS dan NTUST berkolaborasi membantu pengolahan air. (BP/ist)
SURABAYA, BALIPOST.com – Sebanyak 13 mahasiswa asal National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) datang ke kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kehadiran mereka untuk berkolaborasi melaksanakan proyek kerjasama yang dikemas dalam kegiatan bernama Engineers in Action 2017 yang dimulai Senin (7/8) di Rektorat ITS.

Kegiatan ini berupa short program dengan kerjasama antara bilateral antara dua perguruan tinggi, yakni ITS dengan NTUST, untuk membantu mengimplementasikan teknologi pengolahan air bersih di daerah Lebak Rejo RT 1 dan RT 2 RW 1, Kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari, Surabaya.

Wakil Rektor IV ITS bidang Penelitian, Inovasi, dan Kerjasama, Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc, menerangkan bahwa kerjasama antara dua perguruan tinggi teknik ternama di Indonesia dan Taiwan ini sebenarnya telah berlangsung sejak lama. “Sebelumnya, ITS telah mengirimkan sejumlah mahasiswa atau dosennya ke NTUST untuk belajar. Namun kali ini berbeda kegiatannya,” kata dosen Teknik Sistem Perkapalan (Siskal) ITS ini.

Baca juga:  Dari Oknum Notaris Dibekuk hingga Indonesia Berlakukan Aturan Karantina Baru

Dikatakannya, ini merupakan kali pertama NTUST mengirimkan mahasiswanya ke ITS. Terkait hal tersebut, IDAA Warmadewanthi ST MT PhD selaku dosen ITS yang merupakan alumni NTUST, ingin agar mahasiswa ITS dan NTUST dapat saling berbagi ilmu dalam program yang bisa dikatakan semacam Kuliah Kerja Nyata (KKN) internasional ini.

Dalam Engineers in Action 2017 mengangkat topik utama Water Treatment dan Waste Water Treatment & Reuse dengan mengedepankan “project” sebagai fokus utama dari program. Project yang dikerjakan berbasis pada real problem. Program ini diikuti oleh 13 mahasiswa dari NTUST dan delapan mahasiswa dari ITS dengan didukung oleh fasilitator dari kedua perguruan tinggi.

“Dengan bimbingan dari para fasilitator, peserta akan membuat alat yang nantinya dapat berguna bagi lokasi pengerjaan project,” tutur Warmadewanthi yang juga dosen Teknik Lingkungan ini.

Baca juga:  Gawat, Ketersediaan Air di Jawa Kritis

Dalam kegiatan ini melibatkan multidisiplin ilmu, antara lain dari Departmen Teknik Lingkungan, Teknik Mesin, Teknik Kimia, Teknik Sipil dan Teknik Elektro. Dengan konsep ini, lanjut perempuan yang biasa disapa Wawa ini, peserta tidak hanya mendapatkan ilmu baru namun juga dapat merasakan pengalaman KKN atau community outreach level internasional. “Dikarenakan dalam penggarapan ide, pengumpulan data, pelaksanaan project, dan pembuatan alat dikerjakan secara bersama-sama antara pihak ITS dan NTUST,” ujar Wakil Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) ITS ini.

Mahasiswa NTUST yang terlibat dalam proyek ini berharap, teknologi pengolahan air di Taiwan dapat diterapkan pula di Indonesia, khususnya di Surabaya. Proyek ini merupakan sarana pengaplikasian ilmu sekaligus pengabdian masyarakat dari ITS dan NTUST.

Baca juga:  Indonesia-Jepang Sepakat Percepat Empat Bidang Kerja Sama

Lo Wen Wan, peserta yang akrab dipanggil Wayne menjelaskan bahwa hampir setiap rumah di Taiwan memiliki pengolahan air sendiri. Artinya, air limbah rumah tangga di Taiwan dapat dimanfaatkan kembali (reuse). Teknologi pengolahan air yang digunakan menggunakan teknik Reverse Osmosis, di mana ada selaput yang menjadi pembatas antara tangki air kotor yang bertekanan rendah dengan tangki air bersih yang bertekanan tinggi.

“Selaput ini berguna sebagai filter. Kami memanfaatkan perbedaan tekanan antara kedua tangki, yang berisi air kotor diberi tekanan rendah yang kemudian didorong dengan pompa. Air ini akan melewati filter dan masuk ke tangki air bersih yang bertekanan tinggi,” terang mahasiswa Teknik Sipil yang didampingi Andika Prima dari Departemen Teknik Elektro ITS ini. (Bambang Wili/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *