Petani di Suter mulai mengembangkan wortel untuk tanaman sela. (BP/ist)
BANGLI, BALIPOST.com – Sejumlah petani di Desa Suter Kintamani belakangan ini mulai mengembangkan tanaman wortel sebagai tanaman sela. Selain karena pemeliharaannya yang relatif mudah, tanaman berumbi ini juga mulai banyak dikembangkan karena permintaan pasar yang tak pernah surut.

Perbekel Desa Suter Wayan Nyepeg, Kamis (6/7) mengatakan, pengembangan wortel banyak dilakukan oleh petani yang ada di wilayah Dusun Beluhu. Sedikitnya lahan yang dipakai petani untuk pengembangan wortel luasnya mencapai 1 hektar. “Penanaman baru mulai dilakukan petani sejak tiga bulanan lalu. Dengan kondisi tanah di Suter yang teksturnya berpasir sangat cocok ditanami wortel. Tadi sudah ada petani yang panen, dan hasilnya cukup bagus,” terangnya.

Baca juga:  Tepat di Hari Kemerdekaan RI, Petani Ini Pilih Akhiri Hidup

Dijelaskan Nyepeg, budidaya wortel tidak dilakukan petani secara khusus. Wortel hanya ditanam di sela-sela tanaman jeruk. Hampir sama seperti tanaman sayur lainnya, tanaman wortel tidak membutuhkan waktu lama. Mulai dari bibit, tanaman wortel hanya butuh waktu sekitar 90 hari atau tiga bulan untuk kemudian bisa dipanen.

Dikatakannya bahwa selama proses pemeliharaan, wortel tidak membutuhkan perawatan khusus. Selama proses penanaman hingga panen, wortel tidak membutuhkan obat-obatan sebagaimana halnya perawatan tanaman lainnya.

Mengenai pemasaran dan harga, Nyepeg mengatakan cukup bagus. Per satu kilogramnya, wortel bisa dijual petani dengan harga bervariasi. Untuk wortel yang berukuran besar (super) saat ini bisa laku dijual dengan harga Rp 18 ribu per kilogramnya. Sementara yang kecilan bisa dijual Rp 3 ribu per kilogram. “Dengan harga Rp 3 ribu per kilogram itu harganya sudah tergolong bagus. Petani tidak rugi dengan harga segitu,” ujarnya.

Baca juga:  Peringati HUT ke-74 TNI, Ini Disampaikan Pangdam 

Nyepeg mengatakan, karena wortel masih menjadi komoditi baru di Desa Suter, proses penanaman dan pemeliharaan pun masih dilakukan petani secara tradisional. Petani masih mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman wortel secara manual. “Informasinya, sebenarnya ada obat untuk menyemprot rumput-rumput pengganggu agar petani tidak lagi repot mencabutinya satu per satu. Tapi petani masih belum tahu nama jenis obatnya apa,” ujarnya.

Baca juga:  Soal Rumah Jabatan Senilai Rp 11,5 Miliar, Ini Kata Bupati Mahayastra

Mengingat wortel cukup potensial untuk dikembangkan di Suter, pihaknya sangat berharap Pemkab Bangli melalui petugas penyuluh lapangan (PPL) bisa menuntun dan memberi pembinaan kepada petani terkait teknik penanaman dan pemeliharaan yang baik. Sehingga nantinya pengembangan wortel bisa dilakukan petani dengan maksimal. “Demikian juga dengan bibit. Petani saat ini masih sulit mendapatkan bibit wortel yang bagus. Kami harapkan petani bisa diberikan informasi sekaligus pembinaan,” kata Nyepeg. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *