LEBAK, BALIPOST.com – Ribuan warga Baduy berjalan kaki memadati jalan-jalan utama di Kabupaten Lebak, Banten, Jumat (28/4). Rombongan tersebut disambut jajaran Muspida Pemkab Lebak saat memasuki Kota Rangkas Bitung untuk melaksanakan tradisi Pesona Seba Baduy ke Kantor Bupati Lebak, Banten.

”Kegiatan Seba dimulai pada hari ini (Jumat) sampai Minggu (28-30) April 2017. Dimulai dari Kantor Kecamatan Leuwidamar di Kabupaten Lebak sampai Museum Negeri Provinsi Banten di Kota Serang,” kata Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya di Rangkas Bitung, Lebak, Banten, Jumat (28/4).

Warga Baduy luar dan dalam melakukan jalan kaki dari kampung mereka sambil membawa aneka hasil bumi yang dipersembahkan kepada kepala daerah. Pada pukul 16.00 WIB rombongan masyarakat Baduy memasuki kota Rangkasbitung, melewati jalan-jalan kota yang dihiasi branding Pesona Indonesia.

Ini tradisi tahunan milik adat yang berasal dari daerah Selatan di Kabupaten Lebak. Tahun ini tergolong Seba Gede (besar), diikuti lebih dari 2.000 lebih orang masyarakat suku Baduy baik dari Baduy Dalam maupun Baduy Luar. “Selamat dan sukses,” jelas Arief Yahya Menpar.

Perayaan Seba sampai sekarang masih dipertahankan secara turun-temurun oleh masyarakat Baduy. Perayaan Seba tersebut merupakan bentuk silatuhrahmi masyarakat Baduy dengan kepala daerah yakni Bupati dan Gubernur sebagai “Bapak Gede” atau kepala pemerintah daerah.

Menurut Bupati Octavia, Seba Baduy dilakukan setelah warga Baduy menjalani ritual kawalu selama tiga bulan. Ritual Kawalu berlangsung selama tiga bulan dan pada kurun waktu tersebut kawasan Baduy tertutup bagi wisatawan.

Ia menjelaskan, Seba Baduy merupakan upacara tradisi sakral warga Baduy yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Seba ini merupakan budaya yang sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak zaman Kesultanan Banten.

Baca juga:  Kemenpar Turut Lestarikan Budaya Keraton Solo "Tingalan Dalem Jumenengan"
“Pesan moral yang disampaikan dari masyarakat baduy yakni menitipkan pesan kepada pemerintah untuk menjaga kelestarian alam, hutan, dan lingkungan. Tentunya ini juga merupakan pesan moral untuk kita sebagai masyarakat Banten agar tetap menjaga kelestarian alam supaya terhindar dari bencana,” kata Bupati Octavia.

Esthy Reko Astuty, Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Kemenpar, didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Asdep Personal Wawan Gunawan mengatakan, tradisi seba baduy merupakan salah satu destinasi wisata budaya favorit yang dimiliki Provinsi Banten. “Budaya itu semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan. Selaras dengan itu, keunikan masyarakat Baduy yang menjaga kuat tradisinya justru menjadi kekuatan sendiri yang bernilai jual wisata tinggi,” ujar Esthy.

Esthy menambahkan, Indonesia sendiri memiliki faktor-faktor yang menjadi daya tarik promosi bagi wisatawan untuk datang berwisata. Faktor-faktor tersebut, lanjut Esthy, yakni budaya, alam, dan wisata buatan.

“Prosentasenya budaya 60 persen, alam 35 persen, dan wisata buatan 5 persen” kata Esthy.

Melihat tingginya nilai daya tarik budaya, Esthy menegaskan, bahwa kegiatan Seba Baduy ini mesti mendapat perhatian lebih. Pemerintah Kabupaten Lebak melalui Dinas Pariwisata dan didukung Kementerian Pariwisata mengangkat wisata budaya dengan branding Pesona Seba Baduy tersebut sebagai daya tarik pariwisata di tingkat nasional dan dunia.

Pada malam harinya, semua masyarakat Baduy yang datang di kantor Bupati melakukan makan bersama dengan seluruh masyarakat yang hadir. Tidak terkecuali, Bupati Iti Octaviani, Ibu Esthy Reko Astuty, dan semua pejabat pemda Kabupaten Lebak duduk bersama di halaman kantor Bupati dengan bersila dan makan ramai-ramai beralaskan daun pisang. Keunikan ini menjadi suatu momen tersendiri bagi masyarakat dan wisatawan yang hadir di lokasi acara.

Sesuai ritual makan malam bersama, mereka berkumpul di aula Bupati untuk memberikan simbolis aneka hasil bumi kepada Ibu Bupati. Acara dilanjutkan dengan dialog antara Bupati dan warga Baduy yang lebih berisi penyampaian pendapat atau aspirasi warga Baduy kepada kepala daerah.

Di aun-alun Kota Rangkasbitung yang tepat berada didepan kantor Bupati, berbagai atraksi digelar untuk menghibur warga Baduy, masyarakat dan wisatawan yang hadir. Mulai dari wayang golek, panggung tari jaipong, beragam stand pameran karya kreatif warga Baduy sampai berbagai macam kuliner Banten tersaji di alun-alun tersebut.

Alun-alun pun terlihat padat oleh lautan manusia, antusiasme tinggi masyarakat Rangkasbitung membuat event Pesona Seba Baduy kali ini makin menggelora.

Baduy atau banyak yang menyebutnya Orang Kanekes. Hidup di pedalaman lebak. Berprinsip meneguhkan adat istiadat warisan leluhur. Menentang modernitas lewat 1001 pantangan. Yang bertahan tidak pun banyak.

Mereka kini dikenal sebagai Baduy Dalam dan bermukim tiga kampung di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Rangkasbitung, Banten; Cibeo, Cikesik, dan Cikertawana. Tanpa listrik, tanpa deru mesin, dan tetap setia membentengi diri dari pengaruh dunia luar hingga saat ini.

Bagi yang tidak kuat harus menyingkir. Mereka dikenal sebagai Baduy Luar. Hidup berdampingan dengan Baduy Dalam dan masih menjalankan sebagian adat istiadat yang telah diwariskan oleh para leluhurnya.

Bagi orang Baduy tidak mengenal olahraga, bahkan bagi Baduy Dalam, kegiatan ini terlarang menurut adat. Namun bukan berarti fisik dan kesehatan orang Baduy meragukan. Apalagi untuk urusan jalan kaki, orang Baduy, utamanya Baduy Dalam mampu melakukannya berhari-hari.

Upacara Seba menjadi salah satu pembuktian ketangguhan fisik suku Baduy, terutama suku Baduy Dalam. Sebab dalam acara yang telah menjadi tradisi sejak Kesultanan Banten ini, mereka harus berjalan puluhan kilometer untuk bersilaturahmi dengan para pimpinan pemerintahan di provinsi Banten.

Seba merupakan tradisi kuno. Sama tuanya dengan suku Baduy sendiri. Menurut Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija, dalam acara ini warga Baduy akan keluar kampung untuk bertemu dengan ‘Bapa Gede’. Dalam acara ini, mereka juga membawa hasil bumi berupa pisang, gula aren, beras, hingga laksa.

Prosesi upacara Seba suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan menjadikan ketetapan Lembaga Adat Masyarakat Baduy yang diterapkan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *