
MANGUPURA, BALIPOST.com – Bupati Badung, I Wayan Adi Arnawa menyuarakan kekhawatirannya terhadap dampak isu sampah dan banjir yang berpotensi menurunkan minat kunjungan wisatawan ke Bali. Ia menilai persoalan lingkungan tersebut menjadi isu sensitif, terutama karena sektor pariwisata masih menjadi penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD), termasuk bagi Kabupaten Badung.
Kekhawatiran itu disampaikan Adi Arnawa di sela-sela penyerahan Bantuan Hari Raya Natal di Canggu, Kamis (18/12).
Mantan Sekda Badung tersebut menegaskan, di era keterbukaan informasi saat ini, isu banjir dan sampah mudah menyebar luas melalui media sosial dan kerap memunculkan persepsi negatif, meski kondisi di lapangan sudah berubah.
“Saya takut ini (pariwisata -red) akan menurun. Karena isu banjir, isu sampah, memang kita tidak bisa pungkiri dengan perkembangan media sosial sekarang. Tapi setidaknya saya mohon teman-teman media ini bantu kami untuk menyampaikan informasi yang tidak terlalu berlebihan, yang wajar,” ungkapnya.
Adi Arnawa mengaku, sering menemukan unggahan di media sosial yang menampilkan kejadian lama, namun kembali diviralkan seolah-olah masih terjadi. Kondisi tersebut, menurutnya, dapat memengaruhi psikologis wisatawan yang belum mengetahui situasi terkini Bali.
“Kadang-kadang saya lihat ada di media sosial, orang sudah tidak ada banjir, masih dibilang banjir. Jadi orang yang mau datang ke Bali, aduh, di Bali masih banjir, orang akan berpikir seperti itu. Kompetitor kita banyak dan kita hidup dari pariwisata,” terangnya.
Karena itu, Bupati asal Pecatu, Kuta Selatan ini mengajak seluruh elemen masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Ia menekankan, rasa aman dan nyaman wisatawan harus menjadi prioritas bersama.
“Masalah keamanan, kenyamanan memang menjadi prioritas buat kita. Termasuk, bagaimana misalnya penanganan sampah, termasuk juga masalah banjir,” ucapnya.
Kekhawatiran serupa juga disampaikan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, I Gusti Ngurah Rai Surya Wijaya. Ia menilai isu sampah dan banjir berpotensi berdampak serius pada pariwisata, terlebih dengan rencana penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung.
“Isu penutupan TPA tanggal 23 Desember ini menurut saya belum tepat. Kasih luang waktu lagi dan semoga jangan sampai yang dikhawatirkan akan jadi tsunami sampah nanti di akhir tahun ini. Karena kita tahu 160.000 hotel room lebih, terus 71 persennya ada di Kabupaten Badung. Ini perlu kita pikirkan,” ungkapnya.
Baik pemerintah daerah maupun pelaku pariwisata berharap penanganan sampah dan banjir dapat dilakukan secara komprehensif, agar citra Bali tetap terjaga dan kepercayaan wisatawan tidak menurun. (Parwata/balipost)










