Pekerja sedang menyelesaikan penataan trotoar dan penanaman kabel bawah tanah di kawasan Sanur, Denpasar. Pengerjaan SJUT ini mengalami beberapa kendala. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Proyek pembangunan Sistem Jaringan Utilitas Terpadu (SJUT) Denpasar terkendala jaringan utilitas atau kabel bawah tanah milik PLN, PDAM, Telkom, dan DSDP yang tidak sesuai dengan standar kedalaman. Akibatnya beberapa titik pengeboran dilakukan secara manual yang menghambat pengerjaan.

Menurut Tenaga Pendamping Pembangunan SJUT, I Made Ardana, Rabu (26/11), temuan di lapangan menunjukkan sejumlah utilitas dipasang tidak pada kedalaman yang sesuai aturan. Padahal sebelumnya sudah dilakukan survei bersama PLN, PDAM, serta DSDP.

“Namun kenyataan di lapangan, jaringan PDAM dan Telkom seharusnya berada di kedalaman minimal 1,5 meter, tapi kenyataannya hanya sekitar 1 meter. PLN juga tidak berani menjamin jalur aman karena pendeteksi mengindikasikan kabel bertegangan berada di bawah titik pengeboran,” ujarnya.

Baca juga:  Mancing, Nelayan Tejakula Dilaporkan Hilang

Dia menegaskan, situasi tersebut sangat berbahaya bagi pekerja. Dengan itu, pengeboran dilakukan manual di beberapa titik sehingga memakan waktu lebih lama. “Ketika bor menyentuh kabel bertegangan 20 volt saja, bisa terjadi blackout dan petugas berisiko kesetrum. Karena itu pengeboran dilakukan manual. Mesin tidak bisa digunakan karena hambatan kabel listrik,” terangnya.

Selain itu, struktur tanah di sejumlah titik, terutama di jalur dekat Hotel Hyatt, merupakan pasir putih yang mudah menutup kembali apabila kabel tidak segera ditarik. Hal ini membuat proses penggalian harus dilakukan berulang.

Baca juga:  Nyuri di Panjer, Warga Papua Ditangkap

Hingga 25 November 2025, capaian pekerjaan jalur akses baru mencapai 45,59 persen, dengan target rampung pada 13 Desember nanti. Ardana mengaku untuk pengerjaan SJUT bisa dikejar untuk rampung pada 13 Desember nanti. “Kalau dibilang SJUT terlambat, kami tidak terlambat, kami siap 13 Desember selesai,” terangnya.

Di sisi lain, pengerjaan jalur backbone justru menunjukkan progres lebih cepat dari jadwal. Dari target 3,81 persen per hari, capaian rata-rata harian mencapai 4,50 persen sehingga diperkirakan rampung dalam 16 hari, lebih cepat dua hari dari target.

Baca juga:  Ida Pedanda Nabe Gde Putra Telabah Lebar

Sebagai upaya percepatan, pihak kontraktor sudah menambah jumlah tenaga kerja dua kali lipat per 26 November 2025. Bahkan saat ini juga sudah menggunakan 54 tenaga kerja. (Widiastuti/balipost)

 

BAGIKAN