Seorang warga membeli daging babi di salah satu pedagang di pelataran Pasar Badung, Denpasar. Menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, stok daging babi di Bali masih aman.(BP/Eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Menjelang perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan, ketersediaan stok babi di Bali dipastikan aman. Namun dari segi harga diperkirakan mengalami sedikit kenaikan mengingat adanya pengaruh dari pengiriman ke luar daerah. Meski demikian diharapkan kenaikan tidak signifikan yang maksimal hanya Rp45.000 per kilogram.

Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi Indonesia (GUPBI) Bali, I Ketut Hari Suyasa saat diwawancarai, Senin (10/11) mengatakan, populasi babi di Bali saat ini diperkirakan mencapai sekitar dua juta ekor. Jumlah tersebut dinilai mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat pada momentum keagamaan di Bali seminggu ke depan. Terlebih Bali masih menjadi penyuplai utama kebutuhan babi secara nasional, mencapai sekitar 75 persen dari total kebutuhan di Indonesia.

Baca juga:  Ditinggal Belanja, Rumah Diobok-obok Maling

“Tiang kira karena kita sudah menyuplai hampir 75 persen kebutuhan di Indonesia, artinya kesiapan kita terkait stok tidak perlu diragukan. Kalau populasi dilihat dari jumlah penyebaran induk sekitar 2 tahun lalu populasi kita ada di 1,6 juta hingga 1,7 juta ekor, jadi potensi babi di Bali kita saat ini sekitar 2 juta. Saya kira kebutuhan hari raya tidak sebanyak itu,” ujarnya.

Meski stok aman, harga babi di tingkat peternak, kata dia, kemungkinan ada kenaikan. Saat ini harga babi hidup di Bali berada pada kisaran Rp40.000 per kilogram, hingga Rp42.000 per kilogram, naik dari harga sebelumnya yang sempat turun beberapa bulan lalu.

Baca juga:  Veteran Pejuang Ingatkan Generasi Muda Jaga Keutuhan NKRI

“Kita berharap harga babi jelang hari raya tidak melampaui Rp 45.000 per kilogram. Itu harga ideal agar peternak tetap untung, tapi konsumen tidak terlalu terbebani,” jelasnya.

Kenaikan harga di Bali, menurut Hari Suyasa, juga dipengaruhi oleh kondisi pasar luar daerah. Bali tidak bisa mengabaikan pergerakan harga di luar pulau karena saat ini turut memasok kebutuhan babi ke wilayah lain di Indonesia. Dari sisi kesehatan ternak, kondisi peternakan babi di Bali disebut stabil, tanpa adanya ancaman wabah besar seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Hanya penyakit ringan yang masih muncul secara umum di lapangan.

Baca juga:  Pelipatan Surat Suara Pilgub Dilakukan Usai Hari Raya Galungan

Sementara disisi lain Hari menyoroti tingginya biaya pakan yang menjadi faktor utama dalam produksi babi. Sekitar 75 persen biaya produksi ditentukan oleh harga pakan, yang hingga kini belum mendapatkan subsidi dari pemerintah. Ia berharap pemerintah memberikan perhatian serius terhadap sektor peternakan babi, mengingat banyak masyarakat yang menggantungkan hidup dari usaha ini, mulai dari peternak hingga pelaku kuliner. “Babi di Bali bukan hanya produk ekonomi, tetapi juga bagian dari budaya dan upacara adat. Karena itu, peternaknya harus dilindungi dan harga jual produksinya perlu dipantau pemerintah,” imbuh Hari Suyasa. (Widi Astuti/bisnis bali)

 

 

BAGIKAN