INFLASI - Seorang pengunjung membeli kebutuhannya di salah satu los pedagang di Pasar Badung, Denpasar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2025 secara year on year, Provinsi Bali mengalami inflasi sekitar 2,51 persen. (BP/Eka Adhiyasa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Provinsi Bali mencatat deflasi sebesar 0,01 persen (month to month) pada September 2025. Meski terjadi banjir di beberapa wilayah, Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan bahwa banjir tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pergerakan harga secara umum di Bali.

Kepala BPS Provinsi Bali, Agus Gede Hendrayana Hermawan di Denpasar, Rabu (1/9) menyampaikan deflasi terjadi terutama karena penurunan harga pada komoditas pangan, khususnya hortikultura.

“Harga tomat dan cabai turun karena panen raya di sejumlah daerah. Selain itu, harga daging babi juga mengalami penurunan, dan tarif angkutan udara turun,” jelasnya.

Terkait dampak banjir, BPS menyatakan tidak dapat mengukur secara langsung seberapa besar pengaruhnya terhadap inflasi. Namun, dari sisi pergerakan harga, banjir dianggap tidak memicu gangguan distribusi yang berarti. “Banjir berlangsung hanya dua hari, dan pada hari ketiga aktivitas konsumsi masyarakat kembali normal. Ketersediaan barang tetap lancar, tidak ada kelangkaan,” ujarnya.

Baca juga:  Hujan Lebat, Kantor PN Semarapura Dilanda Banjir

Ia menambahkan distribusi dulu sempat terganggu saat ada jembatan putus, namun itu tidak berlangsung lama. Disinggung dua kali mengalami deflasi, dijelaskan, meski Bali dua kali mengalami deflasi dalam dua bulan ini, angka inflasi tahunan (year on year) per September 2025 tetap terkendali di 2,51%, masih di bawah target nasional 3,5%.

“Pergerakan harga di Bali relatif sedikit lebih tinggi dibanding nasional, tapi masih aman. Inflasi ini justru dibutuhkan untuk menggerakkan perekonomian, asalkan tetap terkendali. Kalau tidak ada penurunan harga, bisa jadi inflasi kita melewati 3%,” jelasnya.

Baca juga:  Langganan Banjir, Warga di Pengambengan Berharap Solusi

Komoditas utama yang berkontribusi terhadap deflasi di Bali bulan ini antara lain cabai merah dan rawit (akibat panen raya), tomat, daging babi maupun tarif angkutan udara. Secara umum, kondisi pasokan tetap stabil, sehingga tekanan harga dari sisi penawaran bisa ditekan, meski ada faktor musiman seperti banjir.

BPS Bali mencatat perkembangan harga berbagai komoditas pada September 2025 di Provinsi Bali yang diwakili Kota Denpasar, Singaraja, Kabupaten Badung dan Kabupaten Tabanan secara tahunan menunjukkan adanya kenaikan.

Baca juga:  Maknai Kuningan, Jangan Takut Berinovasi

Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Bali di 4 kabupaten/kota tersebut, pada September 2025 terjadi inflasi y-on-y sebesar 2,51 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,94 pada September 2024 menjadi 109,62 pada September 2025. Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender (year to date/y-to-d) September 2025 tercatat inflasi sebesar 1,62 persen, sedangkan inflasi bulanan (m-to-m) tercatat deflasi sebesar 0,01 persen.(Dika/balipost)

 

 

BAGIKAN