Pemulung sedang mengumpulkan barang-barang daur ulang dari tumpukan sampah yang ada di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Suwung, Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor pariwisata disebut menyumbang sampah sebanyak 500 ton per hari. Hal ini disampaikan Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq, Jumat (26/9).

Dikutip dari Kantor Berita Antara, Hanif mencontohkan Denpasar dan Badung dengan jumlah penduduk 1,1 juta jiwa semestinya menghasilkan sampah paling banyak 1.300 ton per hari.

Namun faktanya sampah yang masuk ke TPA Suwung mencapai 1.800 ton per hari, artinya ada 500 ton sampah harian tak terdeteksi asalnya dan diindikasikan sampah dari sektor pariwisata.

“Kami indikasikan ini berasal dari wisatawan yang hadir di Bali, inilah yang kemudian mendorong kami melakukan pembinaan, penaatan, dan pengelolaan sampah di masing-masing hotel di Bali terutama fase pertama hotel berbintang,” kata Hanif.

Baca juga:  Membumikan Tumpek Krulut, Hari Kasih Sayang ”Dresta” Bali

Untuk itu, Menteri Hanif meminta pelaku usaha akomodasi menyelesaikan sampah sendiri kecuali residu yang menjadi tanggung jawab Pemprov Bali.

Ia menargetkan seluruh hotel berbintang di Bali berpredikat setidaknya biru dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) urusan lingkungan.

“Hari ini kami memasukkan proper kepada seluruh perhotelan dengan kelas bintang dalam rangka penaatan, kami ingin menyampaikan beberapa koreksi yang menjadi semangat kita untuk memperbaikinya sampai Desember 2025,” katanya.

Dalam penilaian awal rata-rata hotel bintang yang jumlahnya 229 usaha itu masih berpredikat merah, sehingga Menteri LH menargetkan dalam waktu tiga bulan mereka dapat memperbaiki lingkungannya seperti penanganan sampah hingga naik ke proper biru atau hijau bahkan emas.

Baca juga:  Kasus Pencurian 2 HP di Toilet Bandara, Oknum Wartawan Terima RJ

“Kami ingin menyematkan hotel bapak ibu sebagai hotel berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan proper minimal biru supaya memiliki kapasitas yang sama pada saat kita harus bertarung dengan pariwisata di negara lain,” katanya.

Ia mengingatkan ke pelaku usaha bahwa pada Desember nanti Bali akan kedatangan sampah dari laut, belum lagi beberapa waktu lalu terjadi banjir sehingga perlu antisipasi salah satunya dari sektor pariwisata.

Dalam penilaian ulang Desember 2025 nanti, ada lima aspek yang kembali dinilai sehingga harapannya nilai merah ini tak ada lagi. Pertama adalah penanganan sampah.

Selanjutnya pengendalian pencemaran air, sebab air sungai dinilai tidak baik-baik saja, perlu bagi pelaku usaha menyusun instalasi pengeluaran air limbah masing-masing.

Baca juga:  Sejumlah Negara Sepakati Penyamaan Persepsi Tangani Gempa

Berikutnya pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, pengelolaan limbah B3, dan terakhir pengendalian pencemaran udara.

“Ini penting, kalau kita tidak perbaiki maka akan benar-benar menurunkan kualitas lingkungan kita yang kemudian berdampak buat pariwisata, ini (penilaian) tidak terlalu susah karena semua rangkaiannya sudah ada petunjuk teknis dari Kementerian Lingkungan Hidup,” ujar Menteri LH.

Hanif mengingatkan bahwa pariwisata Bali bergantung pada keunikan alam dan budaya, saat ini alam sedang dipertaruhkan sehingga tiga sektor paling berpengaruh yaitu perhotelan, restoran, dan tempat wisata harus ikut menjaga.

Pada tahap awal, pemerintah menargetkan hotel berbintang dan selanjutnya akan menyasar restoran berbintang. (kmb/balipost)

BAGIKAN