Sejumlah warga yang rumahnya masih tergenangi banjir di Banjar Samblong berjalan di jalan yang tergenang Kamis (11/9), mempersiapkan upacara manusa yadnya yang sempat tertunda karena kebanjiran. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Sehari pascabanjir, Kamis (11/9) seluruh warga yang mengungsi di dua lokasi pengungsian telah kembali ke rumah masing-masing. Banjir sudah mulai surut sejak Rabu sore dan pada keesokan harinya warga melakukan pembersihan tempat tinggal mereka.

Seperti ratusan warga yang sebelumnya pada Rabu (10/9) pagi mengungsi di Balai Banjar Samblong sudah kembali ke rumah mereka. Nampak di sepanjang pinggir jalan dan halaman rumah, mereka membersihkan barang-barang yang terendam banjir.

Bahkan salah satu keluarga yang rumahnya paling parah terdampak banjir, langsung menggelar upacara (moton) pernikahan sekaligus nyambutin (nelu bulanin) yang sempat tertunda akibat rumahnya kebanjiran. Rumah warga yang berada paling ujung di lokasi banjir ini sempat terendam hingga setinggi bahu orang dewasa.

Padahal persiapan upacara sudah dilakukan sejak jauh hari dan tepat pada hari H resepsi Rabu (10/9) urung dilakukan lantaran rumah kebanjiran. “Sudah pasang terob, kursi termasuk banten. Sebelum kejadian air naik, juga sudah digelar potong gigi. Pada dini hari menjelang resepsi, air meluap dan semua hanyut. Termasuk 7 sepeda motor, mobil pickup dan isi rumah terendam air, seluruh keluarga fokus mencari tempat mengungsi lebih tinggi,” kata Made Parmita, kerabat dari mempelai laki-laki, Putu Kertayasa, Kamis (11/9).

Baca juga:  Sungai Ayung Meluap, Pelinggih di Pura Beji Desa Pakraman Tonja Roboh

Meski sudah berangsur surut, air masih menggenangi rumah Kertayasa. Sehingga diputuskan untuk upakara dilakukan meminjam tempat di mempelai perempuan yang lokasinya masih satu tempek di Samblong, tetapi kondisinya tidak terdampak banjir.

Sekitar rumah mempelai laki-laki ini, tinggal sedikitnya 7 kepala keluarga dan 5 rumah yang saling berdekatan. Namun aksesnya paling jauh dari jalan desa dan menjadi lokasi paling parah terkena banjir. Air naik cukup cepat dan tidak sempat untuk keluar dari permukiman, sehingga mencari tempat yang lebih tinggi dan menunggu evakuasi perahu karet dari SAR dan Brimob keesokan harinya sekitar pukul 9 pagi.

Baca juga:  Waspadai, Ini Penyakit Pascabanjir yang Sering Muncul

“Di sini memang langganan banjir tiap hujan deras apalagi lama, tapi biasanya tinggi air paling semata kaki. Banjir pada Rabu dini hari itu merupakan yang terparah selama ini, tinggi air sampai sebahu,” tambahnya.

Ironisnya air naik saat hendak digelar resepsi dan upacara di rumah tersebut. Sehingga sehari pascabanjir, seluruh kerabat fokus pada upacara manusa yadnya di tempat perempuan. Selain di Samblong, pos pengungsian juga sempat dibuka di dua mushola di Loloan Barat.

Namun seluruh warga yang terdampak juga sudah kembali ke rumah masing-masing.

Fokus Makan dan Air Bersih

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana, I Putu Agus Artana Putra mengatakan saat ini fokus penanggulangan pascabencana pada kebutuhan makan dan air bersih. Untuk kebutuhan makan, BPBD membuka dapur umum di Posko dan swadaya di 7 titik lokasi desa/kelurahan yang terdampak.

Baca juga:  Bencana di Januari 2020

Tujuh dapur itu masing-masing satu di Desa Tegal Badeng Barat, Desa Kaliakah, Desa Budeng, Desa Banyubiru, Kelurahan Loloan Barat. Sedangkan di Desa Pengambengan dibuka dua dapur untuk melayani makan warga selama penanggulangan banjir.

“Kebutuhan utama saat ini makan dan air bersih. Di Posko BPBD kita buat dapur, menyuplai ke sejumlah lokasi termasuk warga terdampak di Samblong yang kemarin dievakuasi. Seluruh warga yang mengungsi sudah kembali ke rumah,” kata Artana Putra.

Sedangkan untuk suplai air juga sudah dilakukan sejak status tanggap darurat selama tujuh hari sejak ditetapkan 10 September 2025. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN