Banjar Adat Sedit di Kelurahan Bebalang, Bangli, terus melakukan penataan kawasan Tirta Sudamala, yang telah menjadi tujuan wisata spiritual. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Banjar Adat Sedit di Kelurahan Bebalang, Bangli, terus melakukan penataan kawasan Tirta Sudamala, yang telah menjadi tujuan wisata spiritual. Sejak tiga tahun terakhir, penataan ini dilakukan secara bertahap demi meningkatkan kenyamanan dan daya tarik.

Kelian Adat Banjar Sedit, I Nyoman Mawan, mengungkapkan penataan dilakukan untuk menciptakan suasana yang lebih bersih, tertata, dan menarik. “Kami ingin Tirta Sudamala lebih berkembang,” ujar Mawan, Rabu (10/9).

Seluruh kegiatan penataan dibiayai dari pendapatan Banjar Adat Sedit yang bersumber dari punia, sewa loker, dan sarin canang. Beberapa perbaikan yang sudah terealisasi antara
lain pembangunan gapura, pemasangan lampu di jembatan, perbaikan palinggih, serta penataan area parkir dan trotoar.

“Penataan kami lakukan secara bertahap, sesuai dengan dana yang masuk. Rencana ke depan, masih banyak yang ingin kami tata seperti membuat tempat nganteb, tempat istirahat untuk para pemedek, dan merenovasi kamar mandi,” tambah Mawan.

Baca juga:  Bupati Badung Karya Ngenteg Linggih di Pura Batur Desa Adat Canggu

Sebagai tempat palukatan alami, Tirta Sudamala selalu ramai dikunjungi. Terutama saat hari raya Banyupinaruh, seperti belum lama ini.

Di mana jumlah pengunjung bisa mencapai lebih dari 1.000 orang. Sementara pada hari-hari biasa, ratarata pengunjung sekitar 50 hingga 100 orang.

Pamedek yang malukat ke Tirta Sudamala tidak saja dari Bangli namun juga luar Bangli. Bahkan banyak juga turis asing yang datang untuk malukat.

Kunjungan yang ramai ini memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat sekitar. Banyak warung dan tukang ojek yang mendapatkan penghasilan tambahan dari ramainya kunjungan pamedek ke Tirta Sudamala.

Pura Tirta Sudamala yang terletak di Br. Sedit, Kelurahan Bebalang, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Br Sedit adalah sebuah populasi masyarakat terdiri dari 35
pangayah arep atau utama dan disokong oleh 65 anggota baleangkep yang mengempon atau bertanggung jawab akan keberadaan Pura Tirta Sudamala.

Baca juga:  Wujudkan Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Tabanan Tingkatkan Eksistensi Pertanian lewat Sistem Organik

Untuk mencapai tempat wisata Pura Tirta Sudamala dibutuhkan waktu 1,5 jam dari Kota Denpasar atau 10 menit dari Kota Bangli. Sejarah Pura Tirta Sudamala bisa ditemukan pada
prasasti Pura Kehen, sehingga keberadaan Pura Tirta Sudamala erat hubunganya dengan salah satu Pura terbesar di Bangli tersebut.

Diceritakan pada zaman kerajan Bangli dititahkan oleh raja pada waktu itu seorang Brahmana yang bernama Ida Brahmana Hender mencari tiga mata air yang nantinya akan dipakai sebagai tempat pamalastian Pura Kehen.

Pura Kehen sendiri di sungsung oleh sebagian masyarakat Bangli yang sering disebut dengan
istilah Gebog Domas. Ketiga tempat mata air yang disucikan tersebut di antaranya Sudamala,Taman Sari dan Segara. Hingga saat ini telah menjadi sebuah ritual rutin ketika piodalan besar di Pura Kehen yang berlangsung setiap 3 tahun sekali akan melakukan pamalastian atau penyucian pratima ke tiga tempat tersebut.

Baca juga:  Bali Resik, Upaya Penanganan Sampah Wujudkan "Nangun Sat Kerthi Loka Bali"

Selain Purapura besar di Bangli saat ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat atau pun banjar di Bangli dan Bali pada umumnya ketika akan menyelenggarakan upacara yadnya nunas tirta ke kekuluh atau tirta penyucian di Pura Tirta Sudamala.

Seperti tempat-tempat malukat pada umumnya Pura Tirta Sudamala memberikan pemandangan alami yang menyatukan antara Pura, sumber mata air suci, hamparan persawahan dan keberadaan masyarakatnya yang sampai saat ini masih menjunjung nilai-nilai budaya dan spiritual.

Pura Tirta Sudamala memiliki sejumlah pancuran dengan ukuran dan ketinggian yang
berbeda-beda, terdiri dari 9 pancuran yang diyakini bermakna sebagai pengelukatan
Dewata Nawa Sanga dan 2 buah pancuran yang lebih rendah ketinggianya yang diyakini sebagai pengelukatan Widyadara dan Widyadari yang biasanya diperuntukan bagi orang yang baru selesai menjalani upacara mepandes atau potong gigi. Terdapat juga satu buah pancuran
yang khusus dipergunakan ketika ada upacara pitra yadnya. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN