Umat muslim mengamati rangkaian telur hias saat peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW 2025 di Masjid Besar Al-Muhajirin Kepaon, Denpasar, Sabtu (6/9). Tradisi penggunaan telur dalam peringatan ini bagi warga di Kampung Islam Kepaon adalah merupakan simbolisasi dari kesuburan, berkah, persatuan, dan toleransi. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ada nilai-nilai luhur di balik tradisi mengarak telur dalam rangkaian Pawai Ta’aruf yang digelar tiap peringatan Maulid Nabi di Kampung Islam Kepaon. Filosofinya hampir sama dengan Tri Hita Karana yang dianut oleh umat Hindu, bahkan kini sudah diakui dunia itu.

Menurut Kepala Lingkungan Kampung Islam Kepaon Moh. Asmara pawai ta’aruf yang mengarak rangkaian hiasan telur, menurutnya bermakna sama dengan filosofi Tri Hita Karana.

“Telur terdiri dari tiga lapis yaitu kuning telur (sari), putih, cangkang, Tri Hita Karana pun terdiri dari tiga hubungan harmonis,” ungkapnya.

Baca juga:  Dari Bupati Karangasem Angkat Bicara hingga Pendidikan Aset Digital dan Blockchain

Meresapi makna telur yang terdiri dari tiga lapis memberi pesan bahwa umat harus tetap menjaga hubungan harmonis antara Tuhan-nya, sesama manusia dan alam semesta. “Mengarak telur ini menandakan yang ingin ditunjukkan dan dilaksanakan untuk kehidupan sosial yang tentram dan makmur,” ujarnya.

Peringatan yang digelar sejak pagi itu diikuti seluruh masyarakat Kampung Islam Kepaon yang berjumlah sebanyak 5.000 jiwa.

Suasana keakraban dan khidmat menyelimuti pelaksanaan pawai yang menjadi agenda rutin tahunan bagi masyarakat Islam di Kepaon. Bahkan, toleransi beragama terasa kental karena umat Hindu juga hadir dalam pelaksanaannya.

Baca juga:  Peringatan Maulid Nabi di Kepaon Dihadiri Tokoh Puri Pemecutan

Tokoh Puri Pemecutan, Anak Agung Ngurah Agung Damar Negara, yang hadir dalam peringatan tahun ini mengatakan keberadaan kampung Islam Kepaon saat ini tidak terlepas dari keberadaan Puri Pemecutan.

Hubungan antara Puri Pemecutan dan Kampung Islam Kepaon bukan hanya hubungan sejarah tapi ada hubungan darah. Hubungan tersebut berusaha terus dijaga turun temurun olehnya hingga saat ini.

“Leluhur kami menikah dengan keluarga di sini (salah satu leluhur dari Kampung Islam Kepaon) yang mana makam atau kuburannya ada di Setra Badung,” ujarnya.

Kampung Islam Kepaon dulunya berlokasi di Pemecutan, namun dengan berkembangnya masyarakat Islam, Puri Pemecutan memberikan tanah wakaf kepada masyarakat Islam. “Jadi orang-orang Madura dan Bugis diberikan tempat di sini (kampung Islam Kepaon,red),” ujarnya.

Baca juga:  Aksi Bela Palestina, Ketua MPR Ajak Rakyat Indonesia Bersatu

Sementara itu, Perbekel Desa Pemogan I Made Suwirya mengatakan keberadaan Kampung Islam Kepaon ini menandakan tingginya toleransi antarumat beragama yang telah ada secara turun temurun di Denpasar. Ini, merupakan perwujudan semboyan Vasudewa Kutumbakam Pemkot Denpasar. “Vasudewa Kutumbakam bermakna kita semua bersaudara walaupun kita berbeda-beda agama, Hindu dan Islam, kami hidup berdampingan di Desa Pemogan ini,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN