
TABANAN, BALIPOST.com – Daya Tarik Wisata (DTW) Ulundanu Beratan terus berinovasi menghadirkan pengalaman berbeda bagi wisatawan. Tak hanya menyuguhkan panorama Danau Beratan, kawasan ini kini menambah sentuhan sejarah melalui penataan situs purbakala yang berada di areal objek wisata.
Situs yang selama ini menjadi bagian dari warisan budaya Ulundanu itu kini dipugar dan ditata ulang agar tampil lebih representatif. Pembangunan bangunan pelindung untuk koleksi sarkofagus dimulai sejak 20 Juni 2025 di atas lahan seluas 1 are.
“Kami ingin memberikan pengalaman baru bagi wisatawan, tidak hanya menikmati alam, tetapi juga mengenal sejarah dan kebudayaan yang ada di kawasan ini,” ujar Kepala Humas DTW Ulundanu Beratan, Made Sukarata, Senin (11/8).
Lanjut kata Sukarata, setidaknya terdapat sembilan koleksi purbakala yang dipugar, seluruhnya peninggalan bersejarah yang sudah ada sejak lama di kawasan ini. Penataan dilakukan dengan hati-hati agar tetap mempertahankan nilai sejarahnya. Rencananya, sembilan koleksi tersebut akan dijadikan ikon baru yang terintegrasi dengan sejarah Pura Penataran Agung Ulun Danu Beratan.
Koleksi itu meliputi Palung Batu 1 di jaba sisi Pura Penataran Agung Ulun Danu Beratan, berbentuk tidak beraturan dengan lubang sedalam 23 cm dan tebal bibir 14 cm, berbahan batu padas. Altar 1 berbentuk tidak beraturan dengan bagian atas datar. Palung Batu 2 memiliki lubang sedalam 18 cm dengan tebal bibir 14 cm, sedangkan Palung Batu 3 berbentuk cekung, memiliki saluran air diameter 4 cm, panjang 24 cm, kedalaman 5,5 cm, dan pecah pada salah satu sudutnya.
Ada pula Fragmen Batu dengan saluran air lebar 3 cm, kedalaman 7 cm, panjang 20 cm. Palung Batu 4 memiliki lubang sedalam 18 cm dengan tebal bibir 14 cm. Altar 2 juga datar di bagian atasnya. Terakhir, Sarkofagus berbentuk persegi dengan lubang persegi menyerupai wadah di tengah, tebal bibir 12 cm dan kedalaman 35 cm.
“Kami berharap penataan ini menjadi magnet tambahan bagi Ulundanu Beratan. Wisatawan bisa menikmati panorama alam, keagungan pura, sekaligus menelusuri jejak peradaban masa lampau,” tambah Sukarata. (Puspawati/Balipost)