
BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Penglipuran terus menunjukkan komitmennya dalam melestarikan warisan budaya dan memperkuat ikatan kekeluargaan dengan desa-desa sekitarnya. Hal ini terlihat jelas dalam penyelenggaraan Penglipuran Village Festival yang menjadi agenda rutin tahunan.
Kelian Desa Adat Penglipuran, I Wayan Budiarta, mengatakan bahwa pihaknya selalu berkolaborasi dengan sejumlah desa sekitar Penglipuran yang termasuk dalam desa-desa bebanuan. Terdapat empat belas desa yang menjadi bebanuan Penglipuran. Desa-desa itu tersebar di tiga kecamatan yakni Bangli, Susut dan Kintamani. “Bebanuan itu adalah sistem persekutuan masyarakat agraris, yang masih kita jaga sampai saat ini,” kata Budiarta saat pembukaan festival Penglipuran belum lama ini.
Kolaborasi ini terlihat jelas dalam berbagai elemen festival. Pemasangan Penjor hias yang memeriahkan suasana, serta iring-iringan gebongan yang menjadi daya tarik festival, semuanya berasal dari kontribusi masing-masing desa bebanuan. “Jadi festival tidak bicara tentang penglipuran tetapi juga bicara masyarakat di sekitar Penglipuran,” jelasnya.
Pada gelaran Penglipuran Village Festival XII tahun ini, Penglipuran menghadirkan nuansa baru dengan menampilkan tarian Legong Klasik yang memukau. Tarian ini dibawakan oleh seniman muda Penglipuran. “Personelnya, baik penabuh maupun penarinya, merupakan sebunan atau berasal dari masyarakat kami. Bukan seniman yang kami panggil untuk bersatu menampilkan pertunjukan,” tegas Budiarta.
Lebih membanggakan lagi, tarian Legong Klasik ini juga ditampilkan dalam ajang bergengsi Pesta Kesenian Bali (PKB), mewakili Kabupaten Bangli.
Desa Adat Penglipuran selama ini memegang teguh upaya pelestarian tradisi dan budaya melalui pasraman. Menurut Budiarta, pasraman memiliki peran sebagai “embrio” bagi generasi penerus.
Di sinilah anak-anak dibekali pengetahuan dan pemahaman mendalam tentang tradisi, adat, dan budaya lokal. “Dalam pasraman kami mengedepankan pendidikan budaya lokal kepada generasi muda yang akan meneruskan tradisi adat budaya yang menjadi roh pariwisata Penglipuran” terangnya.
Pendidikan budaya lokal ini sangat penting mengingat tradisi, adat dan budaya adalah jantung dari daya tarik pariwisata Penglipuran. Untuk memastikan keberlangsungan program ini, Desa Adat Penglipuran memberikan dukungan penuh dan mendanainya dari pendapatan desa adat. (Dayu Swasrina/balipost)