
TABANAN, BALIPOST.com – Hingga Mei 2025, Dinas Kesehatan Tabanan mencatat sebanyak 118 kasus baru TBC, dengan sebaran usia didominasi kelompok dewasa dan lansia.
Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr. Ida Bagus Surya Wira Andi menjelaskan bahwa kasus TBC pada 2024 mencapai 300 kasus baru dengan 4 kasus kambuh. Sedangkan untuk periode Januari hingga Mei 2025, ditemukan 118 kasus baru dengan 3 kasus kambuh.
“Sebagian besar kasus terjadi pada usia produktif dan lansia. Dari 118 kasus, sebanyak 79 orang berusia di atas 36 tahun, 36 orang di rentang usia 16-35 tahun, dan 3 kasus terjadi pada anak-anak usia 0-15 tahun,” jelasnya, Sabtu (14/6).
TBC sendiri masih menjadi salah satu penyakit menular mematikan di dunia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI per 17 Maret 2025, Indonesia menempati peringkat kedua kasus TBC terbanyak di dunia, dengan estimasi 1.092.000 kasus atau 10 persen dari total global sebanyak 10,8 juta kasus.
Di Tabanan, upaya penemuan kasus terus dilakukan secara aktif melalui metode Investigasi Kontak (IK). Setiap ada pasien positif, petugas kesehatan akan melakukan pelacakan terhadap keluarga dan orang-orang terdekatnya.
Jika ditemukan keluhan, akan dilakukan pemeriksaan sesuai standar. Namun bila tidak ada gejala, akan diberikan Terapi Pencegahan TBC (TPT).
“Pengobatan TBC berlangsung selama enam bulan. Tapi bila pasien tidak patuh, bisa menyebabkan resistensi obat dan kasus gagal pengobatan. Untuk itu sangat penting disiplin minum obat sesuai aturan,” tegasnya.
Dari data tahun 2024, tingkat keberhasilan pengobatan TBC di Tabanan tercatat 82 persen. Namun masih ada 13 persen kasus berakhir dengan kematian, 4 persen pasien hilang kontak, dan 1 persen gagal pengobatan akibat resistensi.
Untuk mendukung deteksi dini, Tabanan telah memiliki dua laboratorium TCM (Tes Cepat Molekuler) di RSUD Tabanan dan Puskesmas Selemadeg. Laboratorium ini menjadi tulang punggung dalam memastikan diagnosis TBC secara cepat dan akurat.
Wira Andi menambahkan, masyarakat perlu mengenali gejala-gejala TBC seperti batuk berkepanjangan, demam, keringat malam tanpa aktivitas, dan penurunan berat badan. “Kalau ada gejala seperti itu, jangan ditunda, segera periksa ke layanan kesehatan,” imbaunya. (Puspawati/balipost)