
DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah kemajuan zaman, Bali tetap kokoh menjaga warisan budayanya yang sarat makna. Salah satu tradisi unik dan langka yang masih lestari adalah Ngambeng—sebuah ritual turun-temurun yang hanya bisa ditemukan di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.
Tradisi ini bukan hanya bagian dari persiapan upacara keagamaan di Pura Samuantiga, tetapi juga bentuk pendidikan spiritual bagi anak-anak.
Lewat Ngambeng, generasi muda tak hanya mengenakan pakaian adat, tetapi juga diajak berjalan kaki dari rumah ke rumah, memohon hasil bumi untuk sesajen upacara.
Berikut 5 fakta menarik yang memperlihatkan betapa sakral dan istimewanya tradisi ini:
1. Anak-Anak Jadi Bagian Penting Persiapan Upacara
Dalam tradisi Ngambeng, anak-anak berpakaian adat Bali berkeliling desa untuk meminta hasil bumi seperti padi, jagung, dan buah-buahan dari rumah ke rumah. Semua hasil ini dikumpulkan untuk membuat banten (sesajen) yang akan dipersembahkan saat piodalan di Pura Samuantiga, pura suci yang menjadi pusat spiritual masyarakat Bedulu.
2. Hanya Ada di Desa Bedulu
Ngambeng adalah tradisi eksklusif yang hanya dilakukan di Desa Adat Bedulu, dan tidak ditemukan di desa atau pura lain di Bali. Ritual ini berlangsung selama 9 hari berturut-turut menjelang piodalan atau hari besar keagamaan di Pura Samuantiga.
3. Berakar dari Krisis Letusan Gunung Batur
Tradisi ini muncul sekitar tahun 1917, setelah letusan Gunung Batur yang menyebabkan krisis bahan upacara. Masyarakat Bedulu mendapat petunjuk spiritual (pawisik) agar melibatkan anak-anak dalam mengumpulkan hasil bumi. Sejak saat itu, Ngambeng menjadi tradisi yang diwariskan lintas generasi.
4. Sarana Menanamkan Rasa Bhakti dan Tanggung Jawab
Ngambeng juga menjadi sarana pendidikan karakter. Anak-anak belajar tentang gotong royong, hormat terhadap leluhur, serta tanggung jawab terhadap pura dan desa adat. Tradisi ini mendekatkan generasi muda pada nilai-nilai spiritual sejak dini.
5. Berpuncak di Pura Samuantiga, Pusat Spiritualitas Desa
Puncak dari tradisi ini adalah persembahan hasil bumi ke Pura Samuantiga, sebuah pura besar yang diyakini sebagai tempat bersatunya sekte-sekte Hindu pada zaman Bali Kuno. Di sinilah seluruh rangkaian spiritual desa bermuara, dengan anak-anak menjadi bagian dari proses suci tersebut.
Tradisi Ngambeng bukan sekadar upacara, tetapi warisan sakral yang menghubungkan masa lalu dan masa depan. Ia mengajarkan bahwa menjaga budaya bisa dimulai dari langkah kecil, bahkan oleh anak-anak yang berjalan membawa doa dan dedikasi dari satu pintu ke pintu lainnya. (Pande Paron/balipost)