DENPASAR, BALIPOST.com – Pilkada Serentak 2024 di Bali berjalan lancar tanpa ada gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Rendahnya angka partisipasi pemilih di sejumlah kabupaten dan kota masih menjadi pekerjaan rumah bagi KPU yang menyebabkan legitimasi rendah.

Pengamat menilai ada kejenuhan warga Bali memilih dan lemahnya parpol menampilkan paslon yang menarik.

Hal itu terungkap pada Dialog Merah Putih di Warung Bali Coffee Jalan Veteran Nomor 63, Denpasar dengan tema “Evaluasi Pilkada di Bali” pada Rabu (11/12).

Baca juga:  Dampak Abu Vulkanik Gunung Agung, Dua Bandara Ini Ditutup Hingga Sore

Pengamat hukum Wayan Rideng dari Universitas Warmadewa melihat adanya kejenuhan  rakyat memilih karena antara pilpres, pileg, dan pilkada terlalu dekat.

Ia menyebut harus ada survei mengapa rakyat tak tertarik dengan paslon sehingga mereka mengutamakan bekerja  daripada memilih.

Namun dia tak setuju pilkada dikembalikan ke DPRD.

Pengamat yang baru saja meraih gelar guru besar hukum bidang pemilu dari Universitas Mahasaraswati, Ketut Sukawati Lanang Perbawa menegaskan minimnya paslon juga  menyebabkan pilkada kurang menarik.

Baca juga:  Tiga Zona Merah Ini Jadi Penyumbang Terbanyak Kasus COVID-19 Baru

Ini harus dievaluasi bersama, termasuk parpol, agar koalisi di pusat jangan dipaksakan ke daerah. Harus dibuat aturan parpol makin mudah mengajukan paslon seperti menurunkan batas parlemen lebih rendah dari 4 persen.

Terhadap rendahnya angka partisipasi di Denpasar, Ketua KPU Kota Denpasar, Dewa Ayu Sekar Anggraeni  mengakui sedang meriset  kelompok mana yang angka partisipasinya rendah.

Namun dengan angka partisipasi 59 persen tak membuat dia berkecil hati karena Denpasar masyarakatnya majemuk.

Baca juga:  'Wall of Fame' ISI Denpasar Ditandatangani Presiden Jokowi di Atas Kapal Phinisi

Dalam dialog juga muncul berbagai gagasan agar pemimpin terpilih menyusun strategi mensejahterakan rakyat. (Sueca/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN