
DENPASAR, BALIPOST.com – Pada 2024 ini, masyarakat digemparkan dengan maraknya pemberitaan mengenai kasus bunuh diri (bundir) di kalangan mahasiswa.
Dari data informasi Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Bareskrim Polri, Polda Jateng menangani 281 kasus bunuh diri dan menduduki peringkat dengan jumlah pelaku bunuh diri terbanyak dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia.
Kasus yang cukup menyedot perhatian publik adalah meninggalnya mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran Undip yang bernama Aulia. Ia ditemukan tewas di kamar kosnya pada Senin malam, 12 Agustus 2024.
Kedua pada 18 September 2024, mahasiswa Universitas Ciputra juga ditemukan tewas di halaman gedung kampus diduga bunuh diri. Selanjutnya, pada 1 Oktober 2024 seorang mahasiswa semester 3 terjun dari lantai 12 gedung Universitas Kristen Petra dan ditemukan tewas.
Bundir dilaporkan menjadi jumlah kasus tertinggi keempat sepanjang 2024. Data diperoleh dari DORS SOPS Polri periode Januari sampai Agustus 2024, kasus bunuh diri yang ditangani polisi mencapai 849 dan terus meningkat.
Bunuh diri di kalangan remaja adalah fenomena yang mengejutkan dan memilukan. Saat memasuki dunia perkuliahan, seringkali kita dikejutkan dengan visi masa depan yang cerah, peluang pendidikan, dan bertemu teman baru. Namun di tengah kegembiraan tersebut, ada kenyataan yang tak begitu realitas.
Maka dari itu mari kita ketahui faktor-faktor, gejala dan solusi apa saja yang dapat mengatasi hal tersebut agar kita tidak mengambil tindakan yang berlebihan seperti bunuh diri. Perlu juga diketahui bagaimana cara mengatasi hal tersebut jika melihat teman kalian memiliki tanda-tanda ingin melakukan bunuh diri.
Berikut beberapa faktor yang membuat seseorang melakukan bunuh diri dilansir dari situs Kementerian Kesehatan:
– Menderita gangguan mental, seperti depresi, gangguan stres pasca trauma, atau gangguan bipolar
– Mengalami kekerasan psikologis, misalnya perundungan (bully)
– Menyalahgunakan NAPZA
– Menderita kecanduan alkohol
– Menderita penyakit parah, seperti kanker
– Mengalami tekanan batin, misalnya karena kehilangan pekerjaan, jabatan, atau kekayaan
– Mengalami masalah dalam kehidupan, misalnya perceraian, kehilangan atau kematian orang dekat
– Memiliki keluarga yang mati bunuh diri atau pernah mencoba bunuh diri
Nah, ketika kalian sudah mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab, ada baiknya kalian mengenali gejala nya sehingga bisa memberikan bantuan saat diperlukan.
Berikut gejala yang sering terlihat bagi mereka yang ingin melakukan bundir:
– Mengungkapkan kata-kata yang mengindikasikan niat bunuh diri, seperti “saya ingin mati” atau “lebih baik saya tidak pernah lahir”.
– Membuat surat wasiat
– Memberikan benda-benda berharganya
– Berpamitan kepada kerabat dan keluarga
– Mengalami pola makan atau tidur yang tidak teratur
– Menunjukkan perubahan suasana hati yang drastis, misalnya merasa senang atau sangat tenang, sesaat setelah merasa sangat sedih
– Selain hal tersebut, orang yang ingin melakukan percobaan bunuh diri juga sering mencurahkan perasaannya.
Berikut beberapa pengobatan yang bisa dilakukan agar hal seperti bunuh diri tersebut tidak terjadi:
– Menjalani pengobatan ke psikolog, psikiater dan perawat jiwa, bila menderita gangguan mental, seperti depresi atau penyalahgunaan NAPZA
– Mencari dukungan dari keluarga dan kerabat dengan bercerita mengenai masalah dan perasaan yang sedang dialami
– Menjalani pengobatan yang diperlukan jika mengalami penyakit yang dapat memicu keinginan bunuh diri
– Mengikuti konseling berkelompok untuk saling berbagi dan mencari solusi bersama-sama
– Mengingat bahwa keinginan bunuh diri hanya bersifat sementara dan dapat diterapi
– Senantiasa menerapkan pola hidup sehat, yaitu dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, berolahraga rutin, beristirahat yang cukup, dan mengelola stres dengan baik
Selain hal-hal di atas ketika kalian menemui seseorang atau teman sendiri mengalami hal tersebut, berupaya lah memberikan perhatian dan empati, sering berkomunikasi dan menanyakan keadaannya. Bertindak lah sebagai pendengar yang aktif, dan melatih mereka untuk belajar mengontrol emosinya. Buat lah mereka sadar bahwa bunuh diri bukan salah satu solusi untuk menyelesaikan sebuah masalah. (Ni Wayan Linayani/balipost)