Pengendara motor melewati baliho sosialisasi Pilgub Bali yang terpasang di depan Kantor KPU Bali. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tingkat partisipasi pemilih di Bali pada pilkada-pilkada sebelumnya selalu berhasil melebihi nasional. Hanya pada Pilkada Buleleng 2017, tingkat partisipasi pemilih jeblok dari biasanya yakni hanya 54,43 persen.

Jelang pemilihan gubernur dan wakil gubernur Bali 27 Juni mendatang, KPU Bali tak ingin kecolongan seperti di Bumi Denbukit. “Bali ini dalam pilkada-pilkada sebelumnya selalu di atas rata-rata nasional, kecuali memang Buleleng kemarin agak rendah tingkat partisipasinya. Kita lihat, mudah-mudahan dalam pilkada serentak nanti partisipasi pemilih itu tinggi,” ujar Ketua KPU Bali, I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi.

Baca juga:  Platform "Social Commerce" Dilarang Fasilitasi Transaksi Perdagangan

Dalam Pilgub Bali 2018, Raka Sandi menargetkan tingkat partisipasi pemilih minimal sesuai target partisipasi nasional sekitar 75,5 persen. Hal itu akan diupayakan oleh jajaran KPU bersama Bawaslu Bali selaku penyelenggara, serta semua pihak terkait lainnya.

Mengingat, tingkat partisipasi pemilih merupakan salah satu indikator keberhasilan pilkada. “Bagaimana agar Pilkada 2018 nanti betul-betul berlangsung demokratis dan kemudian mendapat respon yang positif dari pemilih,” jelasnya.

Baca juga:  Dari Ngaku Ibu Bayi dalam Kardus hingga Tambahan Pasien COVID-19 Sembuh Lampaui Kasus Baru

Sementara itu, Ketua Bawaslu Bali, I Ketut Rudia menyatakan komitmen untuk mewujudkan pilkada berintegritas. Salah satunya mengajak semua pihak untuk menolak dan melawan politik uang serta politisasi SARA. “Politik uang dapat menciptakan potensi tindakan korupsi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sedangkan politisasi SARA berpotensi menganggu dan memecah persaudaraan dalam NKRI,” ujarnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *