Prof. Wiku Adisasmito. (BP/Istimewa)

JAKARTA, BALIPOST.com – Kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia yang terkendali, bukan berarti pengawasan dan penerapan protokol kesehatan menjadi kendor. Terlebih, menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito, terdapat sejumlah negara yang mengalami kenaikan kasus COVID-19.

Pemerintah mewaspadai kenaikan kasus seperti di Jepang dan Taiwan, serta adanya dua varian baru seperti Ba.4 dan Ba.5 di Afrika Selatan (Afsel). Umumnya adanya varian baru dikhawatirkan dapat menjadi pemantik gelombang kasus baru.

Dijabarkannya, kondisi nasional, rawat inap pasien COVID-19 menurun 97 persen, tingkat hunian tempat tidur RS hanya 2 persen, kasus kematian menurun hingga 98 persen dan positivity rate terus menurun hingga berada di angka 0,7 persen.

Baca juga:  Siswa SMPN 2 Kuta Positif COVID-19, Puluhan Pelajar Jalani Swab PCR

Wiku menegaskan Pemerintah Indonesia saat ini tetap waspada. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih diberlakukan paska libur panjang sebagai instrumen pengendalian COVID-19. “PPKM secara fakta mampu melandaikan kondisi kenaikan kasus dan mempertahankannya hingga saat ini,” kata Wiku dikutip dari keterangan tertulisnya pada Rabu (11/5).

Dengan berkaca pada kondisi COVID-19 secara nasional dan global, perlu ada strategi pada fase baru COVID-19 yang dapat dilakukan saat ini. Pertama, hidup berdampingan dengan COVID-19. Secara bertahap mengurangi pembatasan aktivitas yang secara bersamaan mendorong terbentuknya perilaku yang lebih sehat dan aman.

Baca juga:  Bawa Penumpang Positif COVID-19, China Tangguhkan Izin Operasional 4 Maskapai Ini

Kedua, melindungi lebih optimal populasi beresiko. Misalnya dengan menggencarkan cakupan vaksin sesuai prioritas kelompok rentan dan menyusun strategi testing yang lebih spesifik atau target testing.

Ketiga, mempertahankan resiliensi. Contohnya konsistensi melakukan surveilans dan menyusun rencana kontijensi untuk vaksinasi, atau testing massal jika keadaan darurat kembali terjadi.

Keempat, meningkatkan inovasi berdasarkan pembelajaran selama pandemic COVID-19. Pengelolaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan harus semakin massif untuk upaya deteksi dan pencegahan maupun pengobatan penyakit menular lainnya.

Maka dari itu, dengan implementasi upaya yang baik oleh seluruh elemen masyarakat secara global maka gelombang baru COVID-19 tidak akan muncul kembali. Namun jika strategi ini tidak mampu dijalankan, maka perlu adanya kerelaan untuk kembali menjalani pengetatan aktivitas demi keselamatan dan kesehatan bersama.

Baca juga:  Hadiri Sidang PBB di Swiss, Migrant Care akan Bawa Isu Penerapan Kebijakan Visioner

Kerja sama ini juga perlu diterapkan dalam mencegah potensi penularan penyakit menular lainnya. Sebagaimana akhir-akhir ini tercatat mengalami kenaikan angka kasus seperti hepatitis akut dan kemunculan penyakit mulut dan kuku pada hewan.

Dan juga, perlu diketahui bersama bahwa belajar dari pandemi COVID-19 dibutuhkan kerjasama pentahelix yang bersifat multinasional dalam mencegah pandemi yang berpotensi terjadi di masa depan dengan pendekatan aspek yang komprehensif yaitu kesehatan manusia dan aspek lain yang bersinggungan seperti kesehatan hewan dan lingkungan. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *