Perbekel Desa Dauh Puri Klod Nengah Suarta. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Warga Desa Dauh Puri Klod tak resah dengan kedatangan pekerja migran Indonesia (PMI). Bahkan, meskipun ada RSUP Sanglah yang sudah jelas menangani pasien positif COVID-19 dan meninggal, ditambah 3 rumah sakit swasta di daerahnya, warga tidak khawatir.

Perbekel Desa Dauh Puri Klod Nengah Suarta bersama kepala dusunnya mengatakan, dari sisi psikologis, daerah Desa Dauh Puri Klod adalah zona merah sejak adanya RSUP Sanglah pada 1967 dan 3 RS swasta lain di tahun 2000-an.

Baca juga:  Sempat Zona Oranye, Surabaya Kembali Merah

Oleh karena itu, diakui warganya paham sekali risiko berada di lingkungan sekitar RS.

Ada dua dusun di lingkungan Dauh Puri Klod yang kedatangan PMI pada 4 April, yang juga merupakan warganya. Dengan adanya kedatangan PMI itu, pihaknya telah memberikan sosialisasi pada warga pendamping sehingga tidak resah.

“Karena kedatangannya sebelum 4 April, maka karantina mandiri di rumahnya. Kami menyampaikan edukasi pada warga sebelahnya untuk tidak menstigma keluarga juga tidak mendiskriminasikan warga,” ungkapnya.

Baca juga:  Atasi Sulitnya Cari Lokasi Karantina, Ini Instruksi Bupati Tabanan

Meskipun warga ini telah melewati masa karantina selama 14 hari, pihaknya juga tetap memantau dan melakukan karantina mandiri sampai 14 hari berikutnya. Sedangkan setelah 4 April juga ada warganya datang, mengikuti isolasi di salah satu hotel.

Diakui, tidak ada penolakan dari warganya dengan kedatangan PMI. Selain karena tingkat pendidikan masyarakat akan kesehatan cukup bagus, sosialisasi yang dilakukan juga cukup gencar. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Ratusan ABK Pesiar Pulang lewat Bandara Ngurah Rai
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *