Presiden AS, Donald Trump. (BP/AFP)

WASHINGTON, BALIPOST.com – Kematian akibat COVID-19 terus bertambah. Dari data yang dikutip di AFP, jumlah kematian akibat virus ini sudah mencapai 150 ribu kasus pada Jumat (17/4) malam.

Seiring bertambahnya kasus kematian ini, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menuduh China masih terus menyembunyikan data sesungguhnya jumlah kematian akibat COVID-19. Meskipun Beijing telah merevisi jumlah kematian di Wuhan, kota pertama ditemukannya virus itu, sebanyak seribuan kasus,

Kematian akibat COVID-19 di AS terus bertambah dan negara-negara Eropa Barat terdampak cukup berat karena wabah ini. Juga terjadi peningkatan jumlah kasus kematian dan infeksi virus ini di Afrika.

Hampir setengah dari umat manusia, sebanyak 4,5 miliar orang, diharuskan diam di rumah, dengan makin besarnya bukti bahwa social distancing mampu memperlambat penyebaran virus ini.

Baca juga:  Mengeluh 3 Gejala Ini, Dirawat 6 Hari Pasien COVID-19 Meninggal

Namun, masih ada keragu-raguan untuk membuka dan melonggarkan kebijakan-kebijakan karantina wilayah dalam upaya memulihkan kembali perekonomian global yang porak-poranda, yang disebut oleh IMF sebagai “Great Lockdown.”

Setidaknya tercatat sebanyak 2,2 juta kasus COVID-19 kini dilaporkan di 193 negara dan teritori. Jumlah ini diperkirakan belum mewakili jumlah keseluruhan warga terinfeksi karena masih banyak negara yang belum melakukan tes secara serius.

Sementara itu, jumlah konfirmasi meninggal harian di seluruh dunia masih terus menunjukkan peningkatan. Jumlah kasus kematian harian dilaporkan mencapai 8.800 kasus. AS masih memegang posisi puncak dengan jumlah total kematian mencapai 36.773, Italia di peringkat kedua dengan jumlah kasus kematian 22.745, kemudian Spanyol sebanyak 19.478, dan Prancis 18.681.

Baca juga:  Cemarkan Nama Baik Kolumnis, Trump Diminta Bayar Ganti Rugi Rp1,31 T

Sementara itu, Tiongkok meningkatkan jumlah kasus kematiannya menjadi 4.636 kasus pada Jumat kemarin. Setelah Wuhan mengoreksi jumlah kematiannya 50 persen dari jumlah sebelumnya, yakni sebanyak 1.290 kasus.

Trump menduga Beijing belum mempublikasikan jumlah yang akurat terkait kasus kematian akibat COVID-19 ini. “Itu jauh lebih banyak dan lebih tinggi dari AS,” cuit Trump di akun Twitternya.

Trump tidak memberikan data, namun tekanan terhadap Beijing dalam beberapa hari terakhir ini terus terjadi. Mereka menuntut Beijing untuk menjelaskan dengan sejujurnya penanganan COVID-19 di negara yang merupakan tempat pertamakalinya COVID-19 merebak.

Baca juga:  Regulasi Khusus Mengelola Pariwisata

Bahkan media di AS melaporkan kecurigaan bahwa virus itu tidak datang dari pasar di Wuhan, namun dari sebuah fasilitas riset yang khusus mempelajari tentang kelelawar, termasuk penyakit corona.

Pemimpin di Prancis dan Inggris juga mempertanyakan manajemen krisis China. Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengatakan akan sangat naif jika berpikir Beijing bisa menangani pandemi ini dengan baik.

Beijing pun memberikan klarifikasi pada Jumat dengan menyatakan tidak ada upaya penutupan kasus. “Tidak ada upaya penutupan, kami tidak pernah mengizinkan penutupan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *